Syukur vs Kufur, pilih yang mana?

"Apabila kamu bersyukur, maka akan Aku tambahkan untukmu nikmat-Ku dan apabila kamu kufur, maka azab-Ku sangat pedih." Masih ingat ayat ini ya? Surat Ibrahim ayat 7 ini merupakan pengingat bagi seorang muslim akan pentingnya bersyukur setiap hari. Apapun peran dan tanggung jawab yang diemban. 

Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dinamika, Syukur menjaga hati tetap tenang dan pikiran tetap jernih. Karena Syukur bisa dimaknai menerima dan terbuka dengan  semua realitas dan kondisi yang dijalani hari ini.  Semua yang terjadi ada dalam sekenario Sutradara terbaik. Jadi mari kita percayakan hidup kita saat ini dan besok pada Dia. 

Berbeda dengan orang yang menolak dan tidak mau menerima semua realitas dan kondisi yang ada. Apapun dianggapnya sebagai hal negative. Menolak realitas diri dan semua yang ada di luar diri. Sehingga hatinya penuh kecurigaan, irihati, dengki, sombong dan emosi negative lainnya. Ini adalah kondisi seperti neraka. Pantas saja kondisi ini disebut sebagai sebuah bentuk azab dari Allah. 

Sebagai seorang dosen, saya memiliki tanggung jawab besar dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Hari ini, misalnya, dimulai dengan rapat kerja di program pascasarjana. Rapat ini membahas strategi baru dalam pengembangan kurikulum untuk memastikan bahwa para mahasiswa mendapatkan ilmu yang relevan dan aplikatif di dunia nyata. Meski padat dan menuntut fokus tinggi, saya bersyukur karena Allah memberi saya kesempatan untuk berkontribusi dalam membentuk kualitas pendidikan di negeri ini.

Di sela rapat, saya melanjutkan tugas menguji skripsi dua mahasiswa. Melihat perjuangan mereka dalam menuntaskan penelitian dan mendengar pemaparan mereka yang penuh semangat adalah momen yang mengingatkan saya pada perjuangan saya dulu sebagai mahasiswa. Setiap diskusi yang terjadi selama ujian bukan hanya memberikan pembelajaran bagi mereka, tetapi juga bagi saya. Saya bersyukur karena diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari perjalanan mereka menuju gelar sarjana. Setiap proses ini mengajarkan saya bahwa ilmu adalah nikmat yang tak terhingga dari Allah, dan tugas saya adalah terus menyebarkannya.

Kembali ke rapat, saya mewakili kaprodi yang berhalangan hadir memaparkan capaian prodi tahun 2024 dan rencana kerja tahun 2025 ini. Masih belajar dan masih banyak yang belum saya ketahui. Menyimak pemaparan prodi lain, memberikan pengetahuan, pengalaman, dan insight baru bagi saya yang baru bergabung satu tahun di pascasarjana. 

Dalam menjalani hari yang padat seperti ini, saya menyadari bahwa syukur bukan hanya tentang mengucapkan terima kasih, tetapi juga tentang menerima setiap amanah dengan ikhlas dan melaksanakannya sebaik mungkin. Kesibukan ini, meskipun terkadang melelahkan, adalah bukti bahwa Allah masih memberi saya kesempatan untuk terus bermanfaat bagi orang lain. Setiap tugas dan peran yang saya jalani menjadi ladang amal dan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Di penghujung hari, saat merefleksikan semua aktivitas yang telah saya lakukan, saya menyadari bahwa nikmat Allah begitu luas dan tak terhitung. Kesempatan untuk belajar, mengajar, dan berbagi adalah bukti cinta-Nya kepada hamba-Nya. Dalam doa malam saya, saya selalu memohon agar Allah senantiasa memberi saya hati yang lapang dan rasa syukur yang tak pernah putus. Karena dengan bersyukur, Allah berjanji akan menambah nikmat-Nya, dan saya yakin bahwa janji-Nya adalah benar. Semoga saya selalu mampu menjaga syukur ini di setiap langkah kehidupan.

 

Komentar