Fitnah Lelaki Ganteng


Pandemi covid 19 membatasi interaksi sosial manusia. Hal ini membuat semakin banyak orang yang menggunakan internet sebagai media bersosialisasi, mencari sumber informasi juga hiburan. Di Indonesia pengguna internet pada tahun 2020 mencapai 64 % dari jumlah penduduk, atau sekitar 175, 4 juta jiwa.

Data riset dari We Are Social di atas juga mengatakan bahwa pengguna internet usia 16-24 tahun rata-rata menghabiskan waktu hampir 8 jam untuk berinternet.  Bayangkan anak-anak kita yang remaja ternyata sepertiga waktunya setiap hari menggunakan internet. Kondisi pandemi covid 19 menjadikan seluruh proses belajar mengajar dari tingkat dasar sampai PT menggunakan internet.

Setelah belajar, ternyata para remaja ini juga berselancar di dunia maya.  Media sosial yang paling banyak diakses adalah youtube mencapai 88% dan whatshapp 83%. Banyak informasi dan hiburan langsung diakses oleh para remaja tadi. Orang tua kini tidak bisa mengontrol apa saja yang dikonsumsi oleh putra-putrinya. Sekali klik, mereka bisa menjelajah apapun yang membuat mereka tertarik dan penasaran.

Ada fenomena yang cukup menarik di dunia hiburan yang biasa diakses oleh remaja lewat internet. Diantaranya adalah kehadiran berbagai boyband yang menjadi idola para remaja baik putri maupun putra, namun kebanyakan penggemarnya adalah remaja putri. Mereka banyak yang terpukau oleh penampilan dan suara para boyband terutama yang berasal dari Korea. Tak jarang mereka mengagumi dan histeris oleh ketampanan para entertain laki-laki tersebut.

Fenomena laki-laki yang membuat para perempuan tergoda bukan merupakan hal baru di muka bumi ini. Al-Quran dalam surah Yusuf ayat 31 menceritakan hal ini:  Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya (Nabi Yusuf), mereka terpesona  kepada (keelokan rupa)nya dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri.

Siti Zulaikha seorang perempuan bangsawan yang rupawan juga memiliki suami yang berkedudukan tinggi, ternyata tergoda oleh nabi Yusuf. Bahkan para perempuan istri pejabat yang dikumpulkan Siti Zulaiha pun begitu terpesona dan tergoda saat memandang nabi Yusuf sehingga mereka tanpa sadar memotong jari mereka sendiri.

Laki-laki yang menggoda dan menguji iman para perempuan ini dalam sejarah ternyata pernah ada. Laki-laki bisa menjadi fitnah bagi perempuan. Demikian pula perempuan bisa menjadi fitnah bagi laki-laki.

Kata fitnah dalam bahasa Arab berarti cobaan atau ujian. Perempuan seringkali disebut sebagai fitnah bagi laki-laki, mereka dianggap penggoda dan penguji iman. Anggapan ini semakin diperkuat dengan dukungan dari teks-teks hadis, misalnya sabda Rasulullah Saw:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah perempuan. (HR Muslim)

Hadis ini bila dipahami secara tekstual memang seolah menjadikan perempuan sebagi sumber fitnah. Ini menjadi salah satu sumber stereotype (pelebelan) negatif perempuan. Perempuan sering disalahkan dengan berbagai alasan. Dilarang keluar rumah, pergi sendirian, pulang malam hari dan lain sebagainya karena akan menjadi sumber fitnah. Bila terjadi perkosaan, maka ini terjadi karena perempuan yang menggoda. Sedangkan sang pelaku justru menganngap dirinya sebagai “korban” dari fitnah perempuan.

Laki-laki dan perempuan merupakan subjek yang sama dalam konsepsi fitnah. Keduanya bisa menjadi pelaku, dan pada saat yang sama bisa menjadi korban. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah meletakan pemaknaan teks hadis ini pada arus utama ajaran Islam. Bahwa kehidupan ini, seluruhnya adalah ujian untuk meningkatkan kebaikan dan menjaga diri dari keburukan. (QS al-mulk ayat 1-2). Segenap kehidupan ini artinya mencakup laki-laki dan perempuan.

Langkah kedua adalah menangkap pesan moral dari teks hadis tersebut, yaitu menjaga diri dari kemungkinan terjerumus pada fitnah atau pesona. Dalam teks tersebut, yang diajak bicara jelas laki-laki, sehingga yang disebutkan adalah fitnah perempuan bagi mereka.

Langkah ketiga atau terahir adalah membalik bahwa fitnah/pesona juga bisa ditimbulkan oleh laki-laki kepada perempuan. Sehingga perempuan juga diminta waspada dan menjaga diri. Artinya teks hadis ini berbicara persoalan yang sesungguhnya timbal balik mengenai pentingnya menjaga diri dari kemungkinan terjerumus akibat pesona orang lain.

Fenomena laki-laki dan perempuan yang bisa menjerumuskan seseorang kepada perbuatan yang tidak baik mudah kita temukan di media sosial. Tingginya pengguna internet di negri ini terutama kalangan remaja membuat kita harus semakin awas. Internet hari ini menjadi kebutuhan pokok. Pekerjaan dan belajar dilakukan melalui media ini di era pandemi covid 19.

Meningkatkan komunikasi dengan para remaja apakah anak kita, keluarga kita atau anak didik kita merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Menjadi teman untuk mendengarkan dan menjadi orang terdekat mereka sehingga bisa memberi arahan agar mereka bisa waspada terhadap potensi fitnah yang mereka temukan di internet.

Fitnah perempuan bukan sedang membangun keburukan perempuan. Sebagaimana fitnah laki-laki bukan sedang menegaskan kebejatan laki-laki. Tetapi tentang pentingnya kewaspadaan masing-masing, satu sama lain agar tidak saling tergoda pada tindakan tindakan nista, salah dan buruk.

Sumber bacaa: Qiraah Mubadalah Kiai Faqihuddin Abdul Qadir

 

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.