Kuku Panjang dan Gaun Kaos

Dua minggu sudah saya memanjangkan kuku jari tangan kiri. Belum terlalu panjang memang, mungkin hanya sekitar 3 mili meter. Semakin panjang kuku jari tersebut kok ya terlihat semakin jelek. Padahal saya melihat ada keindahan di kuku jari yang panjang pada tangan teman saya. Dengan kukunya yang panjang, jemari teman saya terlihat lebih panjang dan lentik. Kenapa kok hal itu tidak terjadi pada saya? saya mencoba merenung kapan saya pernah memanjangkan kuku selain saat ini? Rasanya hampir tak pernah. Kuku jari tangan saya selalu pendek dan rapi. Bila terlihat panjang sedikit saya pasti memotongnya. Untuk urusan mengingatkan sampai memotong kuku anak yang terlihat agak panjang sedikit, ibu saya jagonya. Selain ibu, kakek saya juga dahulu sering mengingatkan bahwa yang dikatakan manusia itu apabila memotong rapih dan bersih kukunya maksimal dalam 40 hari. Kalau tidak melakukan hal tersebut maka dia seperti kucing garong. Serem ya, perkataan kakek saya ini he he.

Mengawasi, merazia sampai mengeksekusi kuku panjang saat ini menjadi warisan ibu dan kakek yang terus saya jalankan. Saya senantiasa bersemangat untuk memotong kuku jari anak-anak saya, suami , adik atau sekedar mengingatkan orang lain bahwa kuku panjang itu tidak baik untuk kesehatan. Apa hubungannya kesehatan dengan kuku panjang ya? Toh teman-teman perempuan saya yang berkuku panjang sehat-sehat saja. Karena dorongan ingin tampil cantik seperti mereka saya memutuskan untuk bersabar menanti tumbuhnya kuku jari tangan kiri saya. Ya jadinya seperti saat ini tidak jelas bentuknya dan terganggu dengan semakin panjangnya mereka. Apalagi setelah saya merazia torn penampungan air yang membutuhkan tangan untuk membersihkannya. Hasilnya kuku saya pecah-pecah penuh goresan dan tak karuan. Hiii benar-benar seperti kuku kucing garong yang kakek saya ceritakan.

Selain masalah kuku, saya juga bereksperimen dengan pakaian. Padahal selera berpakaian saya termasuk konservatif. Saya tidak terlalu suka dengan berbagai macam aplikasi baik corak maupun warna. Cukup yang natural, sederhana dan menutup aurat. Sampai pada satu kondisi dimana saya benar-benar terbujuk untuk memakai sebuah gaun yang terbuat dari kaos yang memang membuat tubuh saya terlihat perempuan. Saya merasa seperti Cinderella dengan gaun kebesarannya hehe…lebih tepatnya gaun kepanjangannya sampai-sampai saya merasa seperti si Manis Jembatan Ancol. Begitu pedenya saya memakai baju itu, sehingga saat diminta menjemput pengasuh anak-anak yang baru tiba dari Cirebon, saya mengenakan gaun baru itu untuk menyambutnya. Baru saja 100 meter saya naik ojek, tiba-tiba saya merasa ada yang menarik saya kebelakang. Saya segera menyetop tukang ojek untuk berhenti. Ternyata ujung gaun yang indah itu masuk kedalam jari-jari motor. Saat saya tarik…gaun kaos nya bolong-bolong. Saya tertawa terbahak-bahak…kok bisa gaun baru yang indah dan belum sempat di cuci ini jadi seperti kain pel. Gaun ini saya beli saat pelatihan tentang seksualitas dan mungkin hal inilah yang membuat pede saya berpakaian agak seksi. Ya sudahlah sepertinya saya harus berpakaian dan berkuku yang nyaman, bukan ikut-ikutan. Be your self Hannah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.