Loe Percaya Gue Juga
Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam sebuah relasi apa pun. Apakah relasi yang sangat personal maupun relasi sosial. Pada saat seseorang/sekelompok orang mempercayai kita, hal ini merupakan sebuah tanggung jawab untuk bisa memegang amanah terkait kepercayaan yang diberikan. Saat amanah mampu dijalankan dengan baik, maka kepercayaan akan bertambah demikian sebaliknya.
Seorang anak yang dididik dengan kepercayaan dari orang tuanya, akan tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri dan bertanggung jawab. Sebaliknya jika dari awal pertumbuhannya seorang anak selalu dikhawatirkan segala sesuatunya, maka itulah yang terjadi. Dalam proses mendapatkan kepercayaan, tentu setiap orang melakukan banyak kekeliruan dan kekurangan. Namun berkat kepercayaan yang positif terhadapnya, sedikit demi sedikit perbaikan akan terus dilakukan dan pada ahirnya akan memuaskan pihak yang sudah mempercayainya.
Kenapa hari ini saya menuliskan tentang kepercayaan? ternyata dalam hidup yang saya jalani ini hal inilah yang sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang. Berhasil dalam apa? dalam hal apapun. Apakah dalam sebuah pernikahan?Apakah dalam sebuah proses mendidik anak? Apakah dalam sebuah perjalanan hidup menuju hal yang lebih baik lagi. Kepercayaan menjadi penentunya.
Pegel juga ya nulis dengan serius kayak gini. Pokoknya gitu deh. Saya melihat efek positif sebuah kepercayaan pada anak saya. Ketika saya selalu beri dia sugesti positif bahwa dia mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. Saya apresiasi apapun hasil yang diperolehnya, ternyata dia bisa semakin baik prestasinya. Dia terlihat sangat bahagia saat saya percaya padanya. Kepercayaan dirinya mucul sedikit demi sedikit. Semoga terus berproses menjadi lebih baik lagi.
Demikian pula dengan yang saya rasakan. Saya merupakan tipe orang yang agak sulit larut dalam sebuah komunitas. Biasanya di awal saya merupakan seorang pengamat. Selama saya tidak merasa aman dengan komunitas tersebut, biasanya saya tidak membuka diri. Saya hanya akan bersikap seperti spons yang menyerap berbagai informasi dan ilmu tanpa bermaksud mengembangkan diri.
Sebelum saya berkenalan dengan Rahima sebuah organisasi yang ingin menjadi gerakan sosial tahun 2008, saya pernah menjadi seorang relawan LSM lokal di Bandung, disana saya bersikap seperti spons dan tidak mengembangkan diri. Saya tau itu terjadi karena saya tidak dipercayai sepenuhnya dan saya merasa tidak nyaman dan aman berada di sana.Tiga tahun saya bertahan dan ahirnya memutuskan keluar karena kapasitas saya tidak berkembang.
Rahima yang saya rasakan selalu memberikan kepercayaan kepada saya untuk melakukan banyak hal. Mulai dari menulis, padahal saya belum menjadi penulis dan belum terbiasa menulis. Rahima sebelumnya sudah membekali saya dengan materi tentang penulisan dan menghadirkan seorang penulis perempuan nasional yang berbakat. Saya terinspirasi dan semangat untuk menulis meski baru catatan harian.
Tiba-tiba pada sebuah event nasional saya diminta berbagi pengalaman tentang penulisan. Audiens event tersebut adalah orang-orang yang saya kagumi tulisannya. Mulai dari Cicik Farkha, Nurjannah Ismail, Kamala Chandra Kirana, Helmi Ali, Kiai Husain Muhammad, Beberapa aktivis perempuan yang tulisannya kerap mengisi berbagai rubrik berkualitas di beberapa jurnal perempuan. Bahkan dosen saya seorang Ph.D yang menjadi rujukan dan menularkan virus Gender menjadi audiensnya. Nekat!!! Gila!!! tapi itulah Rahima. Memberikan support penuh sehingga tantangan kepercayaan itu saya ambil.
Berbagai kepercayaan dari Rahima terus mengalir. Kapasitas saya sedikit demi sedikit berproses menjadi lebih baik lagi. Tulisan saya kini bisa mejeng di beberapa koran, jurnal, blog pribadi dan komunitas. Masih banyak kekurangannya. Masih harus banyak yang diperbaiki. Namun selama kepercayaan itu masih ada, saya ingi bertanggung jawab melaksanakannya.
Saat ini saya terlibat di sebuah lembaga pemberdayaan perempuan milik pemerintah. Ini terjadi karena saya meneliti untuk kepentingan studi saya di sana. Saya masih bersifat seperti spons...menyerap dan terus menyerap. Saya merasa tidak aman dan nyaman karena sangat politis dan hirarkis. Saya merasa tidak percaya karena saya juga tidak dipercaya.
Ya selama mereka tidak percaya kepada saya jangan harap saya percaya kepada mereka. Terus terang kalau studi ini beres saya ingin segera angkat kaki dari sana. Tidak nyaman rasanya berada di sana. Banyak hal lain yang bisa saya lakukan untuk bisa bermanfaat bagi sesama. Untuk bisa berproses lebih baik lagi.
Bagaimana dengan relasi personal? Kepercayaan antara kami sebagai suami-istri semakin tumbuh kokoh. 10 tahun perjalanan ini kami jalani. Awalnya hanya sebuah kepercayaan bahwa kami berniat sama untuk bisa menjadikan pernikahan ini sebagai ibadah. Benih itu kami tanam, sirami, dipupuk dan dirawat dengan sebaiknya. Meski kekurangan materi pernah kami alami. Meski berbagai kesulitan pernah menghadang, kami saling mempercayai dan saling membantu satu sama lain.
Kepercayaannya pada saya dan sugesti positif yang selalu diberikan membuat saya bisa tumbuh seperti ini. Jiwa saya semakin sehat dan terus ingin bersyukur. Padahal dulu saya termasuk orang yang sulit dengan hati yang selalu penuh curiga dengan orang lain. Membuat muka saya terlihat kaku dan ditekuk dan membuat saya terlihat jelek.
Belahan jiwa yang saat ini sedang tertidur pulas disamping saya selalu memberikan pujian bahwa saya cantik. Padahal di awal menikah sama sekali saya tidak merasa cantik. Pujian dan kepercayaannya membuat saya merasa cantik. Entah kenapa lingkungan sekeliling ikut-ikutan memberikan penilaian yang sama. (Geer.com)
Seringkali saya kesulitan mengerjakan sesuatu, dia selalu memotivasi dan mempercayai saya bahwa saya bisa. Karena menurutnya tak ada yang mustahil di muka bumi. Saat saya melakukan sesuatu tidak maksimal jangan pernah merasa kecil hati. Demikian halnya pada saat saya bisa mengerjakan sesuatu jangan pernah merasa karena andil pribadi ada Allah disana. Nasihat yang selau saya pegang darinya adalah "Pujian dari orang lain tidak akan membuat saya mulia di hadapan Allah, hinaan dari orang lain tidak akan membuat saya hina dihadapan Allah." Ya hanya dialah sebaik-baik penilai dan yang sangat berarti adalah ketaqwaan padanya.
Hari ini saya diberikah hadiah yang sangat indah. Sesuatu yang sudah sebulan ini saya pikirkan dan tidak sedikitpun saya komunikasikan dengannya. Ternyata semesta mendukung. Allah menyampaikan keinginan saya. Terimakasih atas segalanya terutama kepercayaan yang membuat saya tumbuh semakin baik lagi.
Seorang anak yang dididik dengan kepercayaan dari orang tuanya, akan tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri dan bertanggung jawab. Sebaliknya jika dari awal pertumbuhannya seorang anak selalu dikhawatirkan segala sesuatunya, maka itulah yang terjadi. Dalam proses mendapatkan kepercayaan, tentu setiap orang melakukan banyak kekeliruan dan kekurangan. Namun berkat kepercayaan yang positif terhadapnya, sedikit demi sedikit perbaikan akan terus dilakukan dan pada ahirnya akan memuaskan pihak yang sudah mempercayainya.
Kenapa hari ini saya menuliskan tentang kepercayaan? ternyata dalam hidup yang saya jalani ini hal inilah yang sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang. Berhasil dalam apa? dalam hal apapun. Apakah dalam sebuah pernikahan?Apakah dalam sebuah proses mendidik anak? Apakah dalam sebuah perjalanan hidup menuju hal yang lebih baik lagi. Kepercayaan menjadi penentunya.
Pegel juga ya nulis dengan serius kayak gini. Pokoknya gitu deh. Saya melihat efek positif sebuah kepercayaan pada anak saya. Ketika saya selalu beri dia sugesti positif bahwa dia mampu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik. Saya apresiasi apapun hasil yang diperolehnya, ternyata dia bisa semakin baik prestasinya. Dia terlihat sangat bahagia saat saya percaya padanya. Kepercayaan dirinya mucul sedikit demi sedikit. Semoga terus berproses menjadi lebih baik lagi.
Demikian pula dengan yang saya rasakan. Saya merupakan tipe orang yang agak sulit larut dalam sebuah komunitas. Biasanya di awal saya merupakan seorang pengamat. Selama saya tidak merasa aman dengan komunitas tersebut, biasanya saya tidak membuka diri. Saya hanya akan bersikap seperti spons yang menyerap berbagai informasi dan ilmu tanpa bermaksud mengembangkan diri.
Sebelum saya berkenalan dengan Rahima sebuah organisasi yang ingin menjadi gerakan sosial tahun 2008, saya pernah menjadi seorang relawan LSM lokal di Bandung, disana saya bersikap seperti spons dan tidak mengembangkan diri. Saya tau itu terjadi karena saya tidak dipercayai sepenuhnya dan saya merasa tidak nyaman dan aman berada di sana.Tiga tahun saya bertahan dan ahirnya memutuskan keluar karena kapasitas saya tidak berkembang.
Rahima yang saya rasakan selalu memberikan kepercayaan kepada saya untuk melakukan banyak hal. Mulai dari menulis, padahal saya belum menjadi penulis dan belum terbiasa menulis. Rahima sebelumnya sudah membekali saya dengan materi tentang penulisan dan menghadirkan seorang penulis perempuan nasional yang berbakat. Saya terinspirasi dan semangat untuk menulis meski baru catatan harian.
Tiba-tiba pada sebuah event nasional saya diminta berbagi pengalaman tentang penulisan. Audiens event tersebut adalah orang-orang yang saya kagumi tulisannya. Mulai dari Cicik Farkha, Nurjannah Ismail, Kamala Chandra Kirana, Helmi Ali, Kiai Husain Muhammad, Beberapa aktivis perempuan yang tulisannya kerap mengisi berbagai rubrik berkualitas di beberapa jurnal perempuan. Bahkan dosen saya seorang Ph.D yang menjadi rujukan dan menularkan virus Gender menjadi audiensnya. Nekat!!! Gila!!! tapi itulah Rahima. Memberikan support penuh sehingga tantangan kepercayaan itu saya ambil.
Berbagai kepercayaan dari Rahima terus mengalir. Kapasitas saya sedikit demi sedikit berproses menjadi lebih baik lagi. Tulisan saya kini bisa mejeng di beberapa koran, jurnal, blog pribadi dan komunitas. Masih banyak kekurangannya. Masih harus banyak yang diperbaiki. Namun selama kepercayaan itu masih ada, saya ingi bertanggung jawab melaksanakannya.
Saat ini saya terlibat di sebuah lembaga pemberdayaan perempuan milik pemerintah. Ini terjadi karena saya meneliti untuk kepentingan studi saya di sana. Saya masih bersifat seperti spons...menyerap dan terus menyerap. Saya merasa tidak aman dan nyaman karena sangat politis dan hirarkis. Saya merasa tidak percaya karena saya juga tidak dipercaya.
Ya selama mereka tidak percaya kepada saya jangan harap saya percaya kepada mereka. Terus terang kalau studi ini beres saya ingin segera angkat kaki dari sana. Tidak nyaman rasanya berada di sana. Banyak hal lain yang bisa saya lakukan untuk bisa bermanfaat bagi sesama. Untuk bisa berproses lebih baik lagi.
Bagaimana dengan relasi personal? Kepercayaan antara kami sebagai suami-istri semakin tumbuh kokoh. 10 tahun perjalanan ini kami jalani. Awalnya hanya sebuah kepercayaan bahwa kami berniat sama untuk bisa menjadikan pernikahan ini sebagai ibadah. Benih itu kami tanam, sirami, dipupuk dan dirawat dengan sebaiknya. Meski kekurangan materi pernah kami alami. Meski berbagai kesulitan pernah menghadang, kami saling mempercayai dan saling membantu satu sama lain.
Kepercayaannya pada saya dan sugesti positif yang selalu diberikan membuat saya bisa tumbuh seperti ini. Jiwa saya semakin sehat dan terus ingin bersyukur. Padahal dulu saya termasuk orang yang sulit dengan hati yang selalu penuh curiga dengan orang lain. Membuat muka saya terlihat kaku dan ditekuk dan membuat saya terlihat jelek.
Belahan jiwa yang saat ini sedang tertidur pulas disamping saya selalu memberikan pujian bahwa saya cantik. Padahal di awal menikah sama sekali saya tidak merasa cantik. Pujian dan kepercayaannya membuat saya merasa cantik. Entah kenapa lingkungan sekeliling ikut-ikutan memberikan penilaian yang sama. (Geer.com)
Seringkali saya kesulitan mengerjakan sesuatu, dia selalu memotivasi dan mempercayai saya bahwa saya bisa. Karena menurutnya tak ada yang mustahil di muka bumi. Saat saya melakukan sesuatu tidak maksimal jangan pernah merasa kecil hati. Demikian halnya pada saat saya bisa mengerjakan sesuatu jangan pernah merasa karena andil pribadi ada Allah disana. Nasihat yang selau saya pegang darinya adalah "Pujian dari orang lain tidak akan membuat saya mulia di hadapan Allah, hinaan dari orang lain tidak akan membuat saya hina dihadapan Allah." Ya hanya dialah sebaik-baik penilai dan yang sangat berarti adalah ketaqwaan padanya.
Hari ini saya diberikah hadiah yang sangat indah. Sesuatu yang sudah sebulan ini saya pikirkan dan tidak sedikitpun saya komunikasikan dengannya. Ternyata semesta mendukung. Allah menyampaikan keinginan saya. Terimakasih atas segalanya terutama kepercayaan yang membuat saya tumbuh semakin baik lagi.
Komentar
Posting Komentar