Padat Semoga Bermanfaat

Air mata menetes saat mendengar sudah tiga hari mereka mengemis makanan kepada pekerja bangunan. Apa lagi yang sebenarnya terjadi? tak punya hatikah perempuan-perempuan itu? Ajaran manakah yang mereka pahami sehingga hal itu boleh dilakukan?

Pagi ini memulai hari dengan ritual biasa. Meleburkan diri mempersembahkan yang terbaik untuk seluruh keluarga. Menyediakan sarapan, mengingatkan semua keperluan sekolah dan menyediakan makan siang untuk mereka. Setelah itu bersemangat masuk kelas untuk menjelaskan ma'rifatullah.

Sepanjang ngajar telfon dari kantor terus berdering menanyakan kesiapan acara untuk hari rabu. Sangat mengganggu konsentrasi mengajar, namun tetap kubiarkan karena memang harus diurusi. Mengajar dua kelas sampai pukul 11.15 kemudian menghadap pimpinan universitas tentang outbond ahir semester ini.

Tiba-tiba ada sms masuk yang isinya begitu menusuk hati. Dampingan kami sedang kontrak 6 bulan dengan sebuah LPK dan akan berahir mengalami pengabaian sehingga makan dengan meminta belas kasih orang. Saat mencari solusi dengan akan segera berangkat menuju tempat dampingan tiba-tiba ada pengaduan dari sebuah kabupaten yang memiliki jumlah korban terbanyak, namun Pemdanya sangat tidak bersahabat. Mereka selalu merepotkan dan ingin mempermalukan kami di forum formal. Ini masalah serius harus ditangani dengan cepat.

Segera saya buka file tentang SPM terbaru dari Kemen PP-PA 2011 selanjutnya mencari tau isi UU no 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. Saya mencoba arahkan sebuah pemahaman bahwa UU lebih tinggi kedudukannya dari sekedar SPM dan di SPM sebenarnya dalam bagian penegakan hukum perlindungan korban dan saksi merupakan urusan Polda/Polres terkait yang di hubungi oleh p2tp2a setempat sebagai simpul utama gugus tugas.

Beruntungnya kepala biro PP Kabupaten memiliki email dan sedang online jadi informasi yang saya cari serta solusi bisa segera tersampaikan. Segera saya menuju tempat Dampingan kami DIPERDAYAKAN ternyata ironis sekali, hanya karena dampingan kami dianggap kurang sopan berakibat pada dikucilkan mereka dari segala macam akses termasuk  makan. Memang bukan hanya itu salah satu penyebab kemarahannya, dampingan kami merupakan perempuan bodoh buta huruf dan kurang memiliki etika, sehingga kadang mungkin memancing kemarahan. Tapi bukankah mereka sudah tau kondisi 'istimewa' dari dampingan kami?

Tiga bungkus nasi lengkap dengan lauknya saya bawa, sedikit uang juga saya siapkan paling tidak untuk tiga hari ini. Dihadapan mereka saya mencoba menggali informasi dan meminta untuk tidak saling menyalahkan dan mau saja diadu domba. Saya minta mereka kembali bersemangat untuk bekerja dan bersabar semoga bisa pulang karena ternyata kontraknya sudah selesai.

Tak lama setelah saya pulang, pengelola LPK datang dan langsung memarahi dampingan kami. Sang pengelola  ternyata mampu melempar kursi untuk mengekspresikan kemarahan kepada kedua perempuan mantan TKW bermasalah yang bodoh dan miskin. Dia yang lebih berilmu namun memandang sebelah mata orang. Kaget saya mendengarnya. Tak pernah seumur hidup saya menyaksikan hal sekasar itu dilakukan orang yang biasa berbusa-busa dengan ayat Allah.

Setelah menemui mereka masih ada satu kelas lagi yang harus saya ajar. Tepat pukul 16.45 saya selesai mengajar. Terlupa kalau perut saya sepanjang hari ini belum terisi apa pun. Maafkan saya Rabb karena lalai menjaga asupan seimbang untuk tubuh ini. Maafkan saya bila sulit menjaga berat badan tetap di angka ideal. Ya saat ini berat badan saya 3 kilo lebih rendah dari berat badan ideal perempuan.

Besok saya sudah sarankan para dampingan untuk kembali ke shelter kami untuk sementara sebelum mereka pulang. Semoga hal ini bisa terselesaikan dan saya siap dengan berbagai urusan yang lain. Berikan kekuatan Rabb...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue