Ibu sayang

"Assalamualaikum, damang bu?" sapaku di telefon pada ibu. Ibu penuh kasih yang sudah mengorbankan dirinya untuk melahirkanku kedunia ini. "Alhamdulilah sae, hannah kumaha? jawabnya sambil berbisik.  "Alhamdulilah sehat" jawabku. "Ibu sedang berada dimana? tanyaku karena heran kenapa ia menjawab dengan berbisik. "Ibu sedang berada di rumah pak T anaknya teh Euis meninggal dunia, baru saja jenazahnya tiba dari Serang". "Innalilahi, bukannya teh Euis masih muda dan karirnya cemerlang? aku bertanya dengan terkejut. Ibu menjawab "iya...cuma beda 3 tahun lebih tua dengan kamu, ia sangat kelelahan karena menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi dan aktifitas yang padat. Ibu minta kamu segera chek-up kesehatan dan jangan terlalu capek, karena kamu sangat mirip Euis kalau sudah bekerja ujarnya. Ia menambahkan "Istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak begadang, kurangi minum kopi dan hiduplah dengan pola hidup yang sehat".

Pembicaraan ini membuatku merenung, oh pantas saja menjelang magrib tadi betapaku ingin berbincang dengan ibu. Padahal baru kemarin malam aku cerita panjang tentang kegalauanku terhadap beberapa pekerjaan yang kuhadapi. Ternyata saat itu dengan kesedihan yang sangat terhadap nasib putri temannya ia juga begitu teringat denganku dan menghawatirkan kesehatanku.  Setelah ngobrol dengan ibu aku segera menghubungi temanku seorang dokter untuk melakukan general chek-up. Dia memberikan beberapa refernsi tempat sambil bertanya kenapa aku ingin chek-up. Kujawab bahwa sudah lama aku tidak melakukannya. Terahir kali general chek-up tahun 2009 dan sejauh ini sehat. Namun kadar kolesterol dalam darahku cukup tinggi dan dokter menyarankan melakukan diet. Aku bertanya, kenapa kolesterol darahku tinggi padahal badanku tidak gemuk bahkan agak kurus. Dokter menjawab bahwa pola makanku yang suka dengan yang kering-kering dan berminyak dan kurang makan sayur.

Tahun 2009 setelah general chek-up  aku betul-betul tobat makan mie instan. Selain bukan makanan sehat, ia juga terkait dengan neo-liberalisme yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Negri ini semakin miskin dan berfisik lemah. Pola belanja dan menu keluarga kuubah sedemikian rupa. Tidak ada mie instan dalam menu keluargaku. Sehingga anakku yang terkecil selalu menolak makan mie dimanapun dia menemukannya. Ahir 2011 aku kembali mengkonsumsi mie karena saat itu kerepotan mengurus keluarga karena pengasuh anak-anak tidak ada. Rasa bersalah kembali muncul kenapa kembali pada kebiasaan lama? dan betapa perjuanganku selama dua tahun ini tak ada artinya dengan tindakan ini.

Terimakasih ibu sudah mengingatkanku. Pola hidup sehat akan aku jalani kembali. General chek-up akan ku lakukan minggu depan. Pekerjaan aku hadapi dengan senyuman. Betapa ini adalah sebuah karunia Allah agarku punya lahan untuk beramal shaleh dan beraktualisasi. Rasa syukur hari ini begitu bergema dalam hati karena diingatkan oleh ibu tersayang. Setelah seharian memberikan workshop untuk perempuan pemulung yang kurang beruntung nun jauh disana. Bertemu dengan sosok perempuan tangguh yang berjuang mempertahankan hidup dengan mengais sampah di Tempat Pembuangan Ahir. Hari ini ditutup dengan do'a seorang ibu untuk kesehatan putrinya. Hannah sayang ibu!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.