Titik Awal

"Menjadi nominator dalam sebuah ajang penghargaan penulisan sudah membuat saya bahagia, apalagi bila mendapatkannya". Perkataan ini saya ucapkan saat ditelfon panitia Swara Sarasvati Award Koalisi Perempuan Indonesia 2012. Telfon ini membuat saya berbunga-bunga. Sebagai penulis amatir yang baru belajar hal ini merupakan hal yang istimewa.

Tulisan saya yang dimuat di Radar Banten pada tanggal 21 April 2011  yang berjudul "Episode Terahir Kartini"  ternyata sesuai dengan tema yang diangkat Swara Sarasvati Award kali ini. Anugerah Swara Sarasvati merupakan penghargaan Koalisi Perempuan Indonesia terhadap jurnalisme dan media yang telah berperan dalam upaya untuk mengurangi angka kematian Ibu melahirkan sepanjang tahun 2011  melalui tulisan dan pemberitaan di media cetak dan online.

Koalisi Perempuan Indonesia mengumpulkan naskah dalam rentang waktu Januari s/d November 2011 dan berhasil mengumpulkan sebanyak 2192 berita dari 94 sumber berita baik cetak maupun online dengan kata kunci kematian Ibu dan Anak.

Seleksi dilakukan oleh Dewan Juri yaitu Maria Hartiningsih dari Kompas, Eko Mariadi dari AJI, Dian Kartika Sari Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia, dan Ignatius Haryanto penulis dan pengamat media. Seleksi  pertama menghasilkan 143 berita atau artikel yang sesuai dengan tema. Seleksi tahap kedua   menghasilkan 8 naskah / artikel sebagai nominasi penerima penghargaan. Seleksi tahap tiga dilakukan untuk menentukan 3 (tiga) karya terbaik dari 8 (delapan)   nominasi.  Namun 1(satu) dari 8 nominasi menyatakan mengundurkan diri karena alasan keaslian tulisan.

Penerima Award juara pertama yaitu Fadmi Sustiwi dengan tulisan "Ketika Reproduksi tak sekedar Medis" dari Kedaulatan Rakyat, juara kedua tulisan saya dan yang ketiga  dr titik Leda dengan tulisan "Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak menuju MDGs Provinsi NTT Masih Raport Merah" dari Koran Timur Ekspress.

Pengumuman ini membuat saya semakin bersemangat untuk terus menulis. Menulis sebagai sebuah perjalanan spiritual. Sebagai sarana menemukan diri. Ini baru titik awal dan akan terus menjadi awal. Langkah awal untuk mewarnai media di Indonesia dengan suara perempuan. Menyuarakan perempuan marginal yang tertindas yang selama ini dibungkam. Menjadi penyeimbang bagi suara perempuan dan yang menyurakan perempuan mainstream yang hanya berbicara permukaan dan tak menyentuh realitas sosial yang ada. Banzai!!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.