Kejam!!!

Perut terasa perih dan lapar malam ini. Namun pikiran saya tidak menggubrisnya apalagi menggerakan anggota tubuh untuk meredakannya. Ada hal lain yang sedang saya lakukan. Hal yang membuat saya seringkali mengalami ekstase saat melakukannya. Apa itu? membaca dan menulis!.

Malam ini menulis catatan harian menjadi pilihan. Membaca beberapa jurnal lawas. Mempersiapkan sebuah tulisan untuk menyambut hari anak internasional tanggal 1 juni ini. Memang tidak terlalu konsen. Saya beberapa kali membuka file proposal untuk pemberdayaan masyarakat, juga membaca penelitian untuk disertasi. Mungkin berputar putar dari satu file ke file lain, tapi gaya inilah yang saya sukai.

Malam ini teringat dengan seorang anak 11 tahun yang melahirkan. Seorang anak yang menjadi korban perkosaan dan menanggung sakit yang amat sangat akibat perkosaan tersebut. Seseorang laki-laki berhati iblis sudah merampas masa kecil yang indah dan membuat masa depan gadis kecil tersebut menjadi buram.

Perbuatan biadab dengan memperkosa anak itu sudah terjadi sejak sang anak berusia 8 tahun atau saat kelas 3 SD. Seorang anak yang tidak berdaya dan tak mampu berteriak terhadap rasa sakit yang menimpanya. Setelah berjalan hampir dua tahun, sang anak mengalami menstruasi yang pertama dibulan juni tahun 2011 lalu. Baru saja dua kali mengalami menstruasi ia langsung hamil dan pertengahan mei ini ia melahirkan bayinya.

Pikiran sehat kita mungkin bertanya 'kenapa bisa selama itu perkosaan terjadi?'. Ya dua tahun memang waktu yang tidak sebentar. Frekuensi perkosaan juga belakangan terjadi 3 kali dalam seminggu. Tapi kenapa baru diketahui saat sang anak hamil 6 bulan?. Pikiran kotor juga bisa melintas 'jangan-jangan anak kecil tersebut juga menikmati?, mengingat sang pemerkosa laki-laki berusia 61 tahun yang tentunya sudah sangat tahu dengan urusan menyenangkan pasangan.

Semua terjawab saat sang anak mendapatkan pemeriksaan psikologis. Ternyata IQ anak tersebut memang sangat rendah yaitu 64. Menurut psikolog kami dengan IQ tersebut seseoranga memang sulit mengekspresikan dirinya. Selain juga sang pelaku selalu mengancam dan memberikan uang setelah ia menyalurkan hasratnya.

Ibu sang anak yang hanya sebagai ibu rumah tangga juga membuat tanda tanya besar. Kemana saja selama dua tahun ini? Kenapa seorang ibu sampai tidak tahu apa yang terjadi pada anakknya. Bagaimana sebenarnya komunikasi antar mereka? Bagaimana sebenarnya kecedasan dan mental si ibu apakah juga sama dengan anaknya?

Sang ibu kelihatannya normal. Ia berpakaian muslimah dengan rapi. Piawai memakai handpone untuk telfon dan sms. Meski memang terkadang ia terlihat sering melamun. Rupanya tekanan ekonomi dan perceraian dengan ayah sang anak membuatnya menjalani hidup tanpa semangat apa-apa. Rupanya seorang ibu rumah tangga tidak menjamin anak-anaknya terurus dengan baik bila memang ia terganggu mentalnya.

Dua bulan sebelum melahirkan kami mengurus anak tersebut. Mentalnya kami coba persiapkan untuk menghadapi sebuah persalinan caesar. Meski perutnya sudah besar seringkali ia tertidur tengkurap. Ia sudah mengerti bahwa ada mahluk hidup dalam perutnya. Namun karena masih anak-anak, ia tidak peduli dengan kesehatan dan berlaku layaknya anak-anak. Bila ditanya hal membahagiakan apa saja yang ia inginkan saat ini? ia menjawab bahwa ia ingin sekali bermain lompat tali bersama teman-teman.

Minggu kedua Juni rencana operasi caesar akan dilakukan tim dokter. Sebelum anak itu merasakan mulas karena kontraksi. Namun tiba-tiba delapan hari lalu ia merasakan mulas. Saat dibawa ke dokter, dokter memberikan obat agar mulas itu berhenti. Rasa mulas hanya berhenti sebentar karena ternyata pembukaan 4 sudah terjadi.

Kontraksi terjadi datang dan pergi. Saat tidak datang sang anak asyik menonton TV. Saat datang dan mengakibatkan mulas, ia akan terus menggaduh. Kontraksi itu terus terjadi semakin rapat sampai pembukaan 7. Seorang anak akan melahirkan anak. Menggaduh dan menangis karena menahan sakit. Tak tega rasanya melihat seorang anak menanggung sakit yang amat sangat seperti itu.

Maha kuasa Allah, anak tersebut bisa melahirkan dengan normal. Bayi laki-laki seberat 2,5 kg dengan panjang 45 cm berhasil dilahirkannya.  Segera bayi tersebut dipisahkan dan tidak dipertemukan dengan sang ibu. Sang ibu yang masih anak harus meneruskan hidupnya sebagai seorang anak. Ia ingin kembali bersekolah dan bermain dengan teman-temannya. Dokter juga memberikan suntikan agar air susunya berhenti berproduksi dan ana tersebut tidak mengalami sakit di payudara.

Dua hari setelah melahirkan sang anak kembali ke rumah aman yang kami miliki. Kembali mendapat perawatan dan penanganan intensif. Mencoba kembali menumbuhkan semangatnya untuk meneruskan hidup sebagai seorang anak. Mencarikan lingkungan baru agar ia bisa melupakan apa yang sudah dialaminya, karena lingkungannya kemarin sudah membuatnya sulit bergerak. Gunjingan masyarakat, permusuhan dari keluarga pelaku karena pelaku sebagai tulang punggung keluarga dipenjara, wartawan yang berkeliaran yang membuat mental sanga anak semakin tidak sehat. Semoga lingkungan barunya kelak bisa membuatnya semakin sehat secara fisik dan mental. Inilah salah satu potret buram yang terjadi pada anak di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue