Habitus

Pernahkan mengalami sebuah pertemuan yang sangat berkesan dalam hidup? Tentu siapapun orangnya pernah mengalami hal ini. Pertemuan yang tidak pernah membosankan. Pertemuan yang mengobarkan semangat. Pertemuan yang menjawab banyak pertanyaan yang mengendap selama ini.

Pertemuan ini bagi saya merupakan kumulasi dari do'a dan harapan yang diucapkan selama ini.  Dahaga akan sesuatu yang imaterial dan aseksual betul betul membuat saya kepayang. Ternyata kenikmatan seperti ini betul betul membahagiakan. Kelak semoga kembali saya bisa berkesempatan bertemu dengan pertemuan serupa.Tulisan kali ini merupakan kepingan dari pertemuan yang terjadi.

Bagi seseorang yang rindu akan sebuah perubahan sosial ke arah yang lebih baik, tentu pengetahuan tentang pengorganisasian sosial sangat bermanfaat. Masyarakat sebagai realitas plural ternyata selalu ada dalam kondisi menguasai dan dikuasai. Relasi kuasa akan selalu ada dimana ada perbedaan. Pihak yang mendominasilah yang biasanya bisa melakukan perubahan sosial.

P. Bourdieu dengan pemikirannya yang disebut Strukturalisme genetik menganalisa struktur-struktur objektif yang tidak bisa dipisahkan dari analisa asal-usul struktur-struktur mental individu. Sumbangan khasnya diantaranya adalah Habitus, membongkar mekanisme strategi dominasi yang tergantung pada Kapital dan menjelaskan logika praksis dalam lingkup yang tidak setara dan konfliktual. Tulisan kali ini hanya akan membahas tentang Habitus secara singkat

Habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis kemudian diterjemahkan menjadi sesuatu kemampuan yang kelihatannya alamiah dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu. Dalam proses perolehan keterampilan ini struktur yang dibentuk berubah menjadi struktur yang membentuk. Selain itu Habitus  juga ternyata merupakan sumber kreativitas yang mengatasi dikotomi determinisme dan kebebasan karena habitus seakan memenjara tindakan dalam kerangka pembatas, namun sekaligus juga memberi peluang individu yang bebas dan rasional.

Cekatan, rajin, ulet, jujur, kerja keras merupakan hasil dari habitus. Ia berupa etos yang menekankan pada masalah nilai dan norma. Sebagai contoh lembaga pendidikan pesantren yang penulis jalani yang mewajibkan santrinya untuk belajar di kelas sampai pukul 9 malam, mewajibkan bangun dini hari pukul tiga untuk tahajud, mewajibkan mengkaji kitab dan mendiskusikannya dalam sebuah forum bahsul masail, mengisi tiap jam dengan jadwal yang sangat padat. Awalnya struktur itu terasa sangat menyiksa. Tapi lama kelamaan hal itu malah membentuk penulis sedikit demi sedikit. Struktur itu terinternalisasi dan menjadi bagian dari diri dan tanpa disadari menentukan arah orientasi sosial, selera, cita-cita, cara berpikir dan etos.

Habitus disatu sisi sangat memperhitungkan hasil dari keteraturan perilaku, namun disisi yang lain praktiknya mengandalkan pada improvisasi. Jadi ada dua gerak timbal balik. Pertama struktur objektif yang dibatinkan kedua gerak subjektif pembatinan yang berupa persepsi, evaluasi dan pengelompokan.

Kepingan ini masih sangat kaku karena penulis hanya berusaha menyarikan kembali tanpa merefleksikan pemahaman sendiri tentang konsep Habitus P. Bourdieu. Semoga kepingan selanjutnya bisa lebih renyah lagi. Untuk itu penulis harus mengunyahnya dahulu dengan baik. Meski mungkin sangat mereduksi penjelasan dalam pertemuan yang terjadi tapi paling tidak menuliskan kembali bisa menjadi salah satu pengikat ilmu yang tidak akan lepas.

Terimakasih Romo!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.