Strategi Membangun Kekayaan Tanpa Riba
Kali ini buku yang akan saya resume berjudul 9 Pertanyaan Fundamental;
Strategi Membangun Kekayaan Tanpa Riba. Buku ini lahir dari pengalaman seorang
pengusaha yang pernah jatuh dalam lilitan utang sebesar 62 miliar rupiah dan
kembali bangkit dalam kurun waktu tiga tahun. Heppy Trenggono demikian nama
pengusaha yang menjadi penulis buku ini. Buku yang diterbitkan oleh Sygma
Creative Media Corp di Bandung tahun 2012 ini memiliki 194 halaman. Membaca
buku ini tidak membosankan karena bahasa yang dipakai sangat komunikatif
disertai dengan banyak cerita nyata tentang para pengusaha Indonesia yang
berjibaku dengan berbagai tantangan. Ada yang sukses dan kaya namun ada juga
yang gagal dan miskin.
Oh ya sebelum resume buku ini saya sampaikan, saya ingin bercerita bagaimana buku ini sampai ada di tangan.
Rabu malam tanggal 23 Januari lalu, saya mengikuti sebuah training Mindset
bersama Krishnamurti. Ahir dari training ada 3 orang yang akan mendapatkan doorprize. Cara mendapatkan doorprize adalah dengan cara mengundi
angket yang diisi. Saat memasukan angket saya memejamkan mata dan mencoba merasakan
kebahagiaanya bila saya mendapatkan sebuah buku yang belum saya beli di
training itu. 3 buku Krishnamurti beserta tandatangannya sudah ada di tas dan
saya sempat melirik buku Heppy Trenggono, namun karena jatah beli buku untuk
hari ini sudah habis saya hanya bisa memandanginya. Ternyata saat pengumuman doorprize nama saya disebut dan buku
yang tadi saya lirik menjadi milik saya. Rasa bahagia yang tadi saya rasakan
betul betul menjadi nyata…ah…ternyata memang benar bila kita bersyukur dengan
memilih untuk bahagia, Allah akan menambah nikmat tersebut.
Dari keempat buku baru yang
sekarang saya miliki, ‘9 Pertanyaan Fundamental; Strategi Membangun Kekayaan
Tanpa Riba’ adalah buku yang saya prioritaskan untuk baca. Kenapa? Karena mentor
bisnis saya yaitu Rendy Saputra merupakan murid dari Heppy Trenggono dan dia
sering bilang betapa dia terinspirasi olehnya. Betul saja saat saya membaca
buku ini, ternyata spirit Workshop Cara Benar Jadi Pengusaha dengan narasumber Rendy Saputra berasal dari pengalaman seorang
Heppy Trenggono yang bisa bangkit dari keterpurukan bahkan bisa bangkit dengan
omset triliunan hanya dalam tiga tahun saja. Meski tentu saja kreatifitas Rendy
Saputra sudah memadukan bahan Workshop dengan berbagai sumber yang tidak kalah
dahsyatnya. Namun yang sangat jleb banget
ke hati adalah sebuah prinsip strategi membangun kekayaan tanpa riba.
Sebelum menjawab 9 pertanyaan
yang fundamental, buku ini terlebih dahulu bercerita bahwa ternyata kaya dan
miskin itu sangat terkait dengan Mindset. Ada 3 hal mendasar masalah dunia usaha
di Indonesia. Pertama Mindset Enterpreneurship yang masih rendah. Bagi orang pintar, sukses
itu adalah jika kita berhasil menjual sesuatu; orang bodoh berkata bahwa sukses
adalah jika kita bisa membeli sesuatu. Sehingga tidak heran yang tumbuh
berjamuran di negri kita ini adalah Mall bukan usaha kecil menengah yang
berhasil memproduksi sesuatu yang bisa mensejahterakan bangsa ini.
Kedua, sekitar 70% pebisnis di
Indonesia financially incompetent. Padahal
menguasai keuangan adalah keterampilan pokok yang harus dimiliki oleh seorang
pebisnis setelah menjual. Karena yang dimaksud dengan ‘kaya’ bukan semata
penghasilannya yang besar, melainkan mampu mengelola uang yang ada menjadi
besar. Ketiga, ialah tidak jelas nilai yang dibela. Ketidakjelasan ini
berpengaruh pada sikap dan keberpihakan warga Negara terhadap sesuatu termasuk
produk-produk local. Tidak adanya pembelaan terhadap produk Indonesia
menyebabkan banyak pengusaha Indonesia yang mati. Seharusnya, warga Negara Indonesia
didorong untuk membeli sesuatu bukan karena murah, bukan karena lebih baik,
tetapi karena sesuatu itu buatan Indonesia.
Pertanyaan fundamental pertama dari buku ini
ialah, Seberapa besar kapasitas yang ada
siapkan? Hal ini terkait erat dengan perubahan diri menuju pribadi yang
lebih baik dan lebih taat lagi pada yang Menciptakan. Tidak hanya perubahan diri
saja melainkan juga keluarga dan aktifitas social sehingga ketiga hal ini akan
berdampak pada bisnis yang dijalankan. Ada tiga hal yang menentukan besar
kecilnya kapasitas seseorang. Pertama,
seberapa sadar kita tentang jati diri kita? Kesadaran tentang jati diri perlu
kita pastikan karena kaya dan miskin itu bukan keadaan, tetapi mentalitas. Kaya
dan miskin itu karakter. Kedua, Apa
yang sungguh sungguh kita yakini? Keyakinan seperti apa yang kita miliki.
Apakah kita meyakini bahwa kualitas hidup ini hanya urusan takdir atau ada hal lain
yang bernama usaha. Ketiga, Apa nilai nilai yang kita bela? Keputusan seseorang
mencerminkan nilai yang dibelanya.
Pertanyaan kedua, Mampukah ada mendahulukan diri sendiri? Mendahulukan
diri sendiri berarti menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk diri sendiri,
sebelum dialokasikan untuk keperluan lain. Mendahulukan diri sendiri berarti menempatkan
sedekah dan tabungan di urutan pertama dan kedua sebelum keperluan lain.
Sedekah dikeluarkan minimal 10% dari penghasilan, demikian pula menabung
dialokasikan 10% dari penghasilan.
Pertanyaan ketiga, Kepada siapa anda berkomitmen? Komitmen
adalah janji kepada kita kepada diri sendiri dan melanggarnya berarti merenggut
kehormatan diri kita sendiri. Komitmen ini lahir karena pengenalan diri kita
terhadap Allah. Diantara komitmen yang
harus kita pegang adalah menghindari riba, apapun kondisi yang sedang dihadapi.
Karena Allah sudah menetapkan dalam Qur’an surat al-Baqarah (2): 278-279) bahwa
Ia minta manusia meninggalkan riba dan jika tidak meninggalkannya maka Allah
dan Rasul akan memerangi. Serem banget kan? Banyak manusia menjadi terpuruk dan
buruk akibat ulah riba ini. Tidak Islam saja yang menharamkan riba. Kita bisa
memeriksa literature agama samawi yang lain seperti Kristen dan Yahudi,
haramnya riba juga jelas termaktub dalam Injil dan Talmud. Saat ini orang dengan mudah mengajukan kredit
kepada bank atau memiliki banyak kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan gaya hidup. Ahirnya penghasilannya hanya ia fokuskan untuk membayar
cicilan. Padahal satu riba akan memancing 73 keburukan. Maka mari kita berhijrah! Riba
tidak akan mengantarkan kita pada kekayaan dan keberkahan, apa lagi kaya.
Pertanyaan keempat, Kemanakah focus yang anda arahkan? Kita mungkin pernah mengalami titik terendah
dalam hidup. Kesulitan dan cobaan membelenggu langkah, sampai bernafas pun
sulit rasanya. Dalam kondisi ini hanya FOKUS yang bisa membantu kita keluar.
Fokus kepada janji janji Allah bahwa Dia akan menolong hambanya yang bertakwa.
Meski mungkin kita belum pantas mengaku bahwa kita bertakwa, namun dalam
kondisi seperti itu, siapa lagi yang kita miliki kalau bukan Allah? Dengan focus
kepada harapan bahwa jalan keluar akan dikaruniakan Allah kita akan kuat dan
menghadirkan semangat. Bagaimana caranya? Pertama:
Focus kepada hal-hal yang bisa dilakukan, bukan kepada hal hal yang tidak
bisa dilakukan. Kedua, Fokus untuk
menang, bukan focus untuk kalah. Ketiga,
focus pada tujuan, pada kekuatan kita dan pada janji-janji Tuhan.
Pertanyaan kelima, Seberapa murah biaya hidup anda? Mentalitas
orang miskin adalah SPENDING. Dia selalu ingin membeli sesuatu, memiliki sesuatu
atau melakukan sesuatu. Sayangnya tidak pernah menghitung apakah dia memiliki
uangnya atau tidak. Sehingga orang seperti ini selalu tidak pernah bisa lepas
dari utang. Selanjutnya mentalitas kelas menengah (middle Class) mereka
berpenghasilan tinggi dan terlihat kaya. Bukan kaya beneran. Fokus mereka ada life
style bahkan gaya hidup adalah cara hidupnya, ideologinya. Padahal ongkos
untuk terlihat kaya itu jauh lebih mahal dari pada menjadi kaya. Ahirnya tanpa
sadar ia jatuh kedalam kondisi miskin betulan. Mentalitas terahir adalah
mentalitas kaya. Mentalitas ini mengubah income menjadi asset. Dengan perhitungan
yang cermat asset itu dikelola dan berkembang sehingga kembali menghasilkan
income, dan terus demikian. Orang bermental kaya cenderung bersahaja. Mereka menghargai uangnya dan tidak ingin
menghamburkannya hanya demi kesenangan sesaat.
Pertanyaan keenam, Siapa yang jadi ahli keuangan anda? Financial competence mencakup tiga hal
utama yaitu Business Skill, Money Managenent Skill dan Investing Skill. Jika ketiga hal ini
kita kuasai maka menjadi kaya hanya persoalan waktu. Ada sebuah cerita tentang
Warren Buffet pada ahir tulisan pertanyaan keenam ini yang begitu berkesan
untuk saya. Dimana saat Buffet main golf dengan mitranya, mitranya mengajak
Buffet untuk taruhan. Awalnya mitranya mengajak taruhan masing masing 100
dolar. Buffet menolak, mitranya menaikan menjadi 500 dolar untuk dirinya dan
100 untuk Buffet. Buffet kembali menolak, mitranya menaikan menjadi 1000 dolar
dan Buffet cukup 100 dolar. Artinya kalau Buffet menang keuntungannya berlipat
sepuluh, sedangkan kalau kalah Buffet hanya rugi 100 dolar. Jawaban Buffet
sangat mencengangkan.
“Stupid in small, stupid in big. I’m an investor and I’m not a gambler”.
Biasa bertindak bodoh dalam hal remeh akan membuatmu bertindak bodoh dalam hal
besar. Bayangkan orang terkaya di dunia masih mau memikirkan uang 100 dolar.
Dia bisa menyumbangkan uang dalam jumlah besar melalui yayasan social miliknya,
tapi tidak rela kehilangan sepeser pun untuk taruhan yang tidak bermakna.
Faktanya bila seseorang tidak pernah mengurusi hal yang kecil, dia tidak akan
pernah mampu mengurusi hal yang besar. Jika dia bodoh dalam hal kecil, dia akan
ceroboh dalam hal besar. Jadi…siapa yang seharusnya menjadi ahli keuangan kita?
Jawabannya, pasti kita sendiri.
Pertanyaan ketujuh, Seberapa cerdas anda menggunakan daya
ungkit? Pertanyaan ini muncul dengan asumsi keenam pertanyaan diawal sudah
dijawab dan dipahami sehingga kita sudah memiliki karakter kaya. Daya ungkit (leverage) memiliki makna utama
menggunakan energy dari luar diri kita untuk membangun kekayaan. Energy itu
bisa berupa modal orang lain, tenaga orang lain, keahlian orang lain dan lain
sebagainya.
Pertanyaan kedelapan, Bagaimana cara anda menyikapi resiko?
Mengambil risiko merupakan bagian integral dari bisnis atau pun kehidupan.
Risiko adalah bagian dari hidup. Cara terbaik untuk mengambil risiko adalah
dengan mengambil risiko itu sendiri. Artinya, untuk mengambil risiko di masa
depan maka langkah yang terbaik adalah mengambil risiko itu saat ini. Dengan
begitu setidaknya kita bisa memprediksi yang akan terjadi lima atau 10 tahun mendatang, berdasarkan kondisi yang
sedang kita jalani sekarang. Ada beberapa langkah yan dijelaskan Heppy
Trenggono untuk memperoleh low risk high
return, yaitu: Pertama, Apakah
ada risiko saya harus melanggar aturan agama? Kedua, Apa yang bisa saya lakukan untuk menekan resiko? Ketiga, Apakah saya punya rencana
cadangan? Keempat, Bagaimana
kemungkinan gagalnya?, Kelima, Sejauh
apa saya sanggup menghadapi resiko?, Keenam,
Apa pendapat mentor saya?, Ketujuh, Apa
kata naluri saya. Setelah menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut dijamin
berhasil? Tentu tidak jika ada jaminan berhasil bukan risiko namanya.
Pertanyaan terahir atau
kesembilan, Di level manakah anda
bermain? Level ini berupa level rizki. Level ke-1, rizki makhluk. Ini level
rizki terbawah dimana Allah mencurahkan untuk semua makhluknya di seluruh alam.
Level ke-2, rezeki orang yang berusaha. Orang yang berada pada level ini akan
memperoleh rizki sesuai dengan yang diusahakannya. 99% manusia berada pada
level ini. Mereka memperoleh rezeki dengan kerja keras dengan mencurahkan
tenaga, pikiran dan waktu. Level ke-3, rezeki orang yang bersyukur. Orang yang
berada di level ini memperoleh hasil jauh lebih tinggi dari yang dikerjakannya.
10 orang terkaya di dunia mereka adalah orang yang gemar bersedekah sebagai
bukti syukur dan ternyata harta yang dimiliki kian subur, berkah dan melimpah. Level
ke-4, rezeki orang yang bertakwa. Level rezeki ini diberikan kepada orang-orang
yang dalam hidupnya tidak pernah ada rasa takut dan khawatir. Kedekatannya dengan
Allah membuat banyak masalah yang seharusnya dihadapi jadi diambil alih. Rezeki
orang yang ada di level ini berasal dari arah yang tidak disangka-sangka.
Resume yang saya lakukan ini
merupakan sebuah usaha untuk mengikat makna dari hasil bacaan yang dilakukan. Kesembilan
pertanyaan fundamental ini sangat penting kita renungkan untuk bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dari mindset positif lahir action positif
juga lahir result positif. Salam Muda Mulia!
Komentar
Posting Komentar