Tiga Alasan Seseorang Jatuh
Hujan rintik rintik tak kunjung
berhenti. Angin kencang sesekali membuat pohon pohon menari. Sang mentari sangat
enggan menampakan wajahnya. Suasana kelabu dominan menemani suasana musim hujan
di awal tahun 2013. Kondisi cuaca seperti ini membuat jutaan virus bergembira
karena tidak mendapat perlawanan yang berarti dari tubuh manusia. Dia bergerak
bebas menggerogoti kekebalan tubuh sedikit demi sedikit. Di warung sayuran, di
sekolah, di kantor dan di beberapa fasilitas umum yang lain mudah ditemukan orang-orang
yang bersin dan flu akibat ulah virus tersebut.
Pada saat kondisi seperti ini,
paling nyaman dan aman adalah berdiam diri di rumah. Menghangatkan badan
dibalik selimut hangat. Menikmati segelas coklat panas lalu tidur. Lalu
bagaimana dengan berbagai tugas? Bagaimana dengan berbagai tanggung jawab?
Bagaimana dengan berbagai persoalan yang harus diselesaikan? Nah bagi yang
tidak mau menjawab dan memikirkan pertanyaan ini tentu berdiam diri adalah hal yang mereka pilih.
Berdiam diri dan bermalas malasan
merupakan hak setiap orang, namun bila hal ini terus terusan dilakukan tentu
akan semakin membuat seseorang semakin terpuruk semakin dalam. Karena meski
saat seseorang diam, dia tetap memerlukan makanan, memerlukan pakaian,
memerlukan tempat tinggal dan kebutuhan lain sebagai manusia. Ternyata diam bukan
merupakan solusi, bahkan bisa menjadi penentu seseorang jatuh dalam berbagai
kesulitan.
Ada tiga hal yang menjadikan
seseorang bisa terjatuh dalam berbagai kesulitan hidup. Pertama ialah Self Dismanagement
atau manajemen diri yang buruk. Manajemen diri yang buruk ini terkait berbagai
aktifitas hidup yang dilakukan serta teman-teman yang dipilih dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia memang bebas menentukan aktifitas serta teman teman yang
diinginkannya. Setiap aktivitas dan teman yang dipilih memiliki konsekuensi.
Bila aktiftas dan teman-teman tersebut positif dan produktif tentu efeknya pun
positif dan produktif, namun sebaliknya bila hanya diam dan bermalas malasan serta
berteman dengan teman yang diam dan pemalas juga, bisa dipastikan seseorang
tidak akan bisa menyelesaikan berbagai persoalan bahkan akan terpuruk semakin
dalam.
Kedua ialah Under Income (penghasilan
yang rendah, sedangkan kebutuhan sangat tinggi). Peribahasa Indonesia
mengatakan ‘besar pasak dari pada tiang’. Tuntutan gaya hidup instan membuat
orang ingin selalu merasakan yang mudah dan enak tanpa harus berjuang. Terkadang
orang lebih suka kelihatan kaya dibandingkan komit untuk menjadi kaya. Bagi
orang yang ingin kelihatan kaya, meski penghasilan pas-pasan, yang utama adalah
penampilan dan gaya hidup. Sehingga tidak segan segan berhutang untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya. Berbagai macam fasilitas kredit dia ambil. Masalah
bayar urusan belakangan. Gali lobang tutup lobang selalu menyertainya, dan
tanpa sadar ia sudah menggali kuburannya sendiri.
Alasan seseorang jatuh ketiga
adalah Unexpected Event (Hal yang tidak diharapkan datang). Hal hal buruk bisa
menimpa siapa saja siapapun dia. Meski seseorang sudah sedemikian cara menghindari
hal hal yang tidak diinginkannya, tetap saja ada hal nonteknis yang sangat
menentukan. Hal nonteknis ini kadang yang tidak disadari oleh seseorang. Setiap
orang pada dasarnya akan selalu menyimpan energy baik positif maupun negatif. Energy
positif berupa perbuatan-perbuatan baik merupakan saving energy yang sewaktu
waktu akan penuh dan menjadi nasib baik. Energy negative berupa perbuatan
perbuatan buruk juga merupakan saving energy yang sewaktu waktu akan penuh dan
bisa menjadi nasib buruk.
Kalau memang saving energy
positif itu berlaku, kenapa orang baik masih juga mendapatkan nasib buruk? Dan banyak
orang-orang yang perbuatannya buruk (saving energy negative) justru mendapatkan
nasib baik dan kemudahan-kemudahan dalam hidup?. Jawaban dari pertanyaan ini
memang sangat sulit bila hanya mengandalkan logika manusia. Manusia kadang
melihat sesuatu hanya dari permukaanya saja. Padahal ada hal yang lebih
substansial dari sekedar yang tampak. Bisa jadi saat Allah memberikan nasib
buruk kepada seseorang yang baik sebenarnya itu merupakan bagian dari kasihNya.
Ia ingin agar hambanya yang baik itu semakin dekat denganNya, terus menyadari
keberadaanNya dalam setiap helaan nafas. Baik atau buruk kondisi tidak akan
mempengaruhi seseorang dalam mencintaiNya. Ia terlalu Agung untuk dibandingkan
dengan realitas material. Kenyataannya rahmatNya dan kasihNya selalu berlimpah
dibandingkan penghambaan yang dilakukan seseorang. So…keep positive thinking
and positive feeling!
Riau 2 berseri, 21 Januari 1013
(Terimakasih buat Rendy Saputra yang begitu inspiratif membagikan ilmu dan pengalamannya!)
Duh...pas banget deh! Bermanfaat Neng. "Apa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Apa yang buruk menurut kita, justru yang terbaik menurut Allah." Itulah salah satu karakteristik orang beriman. Nuhun Bu Dosen! Toss Ah!!
BalasHapusMakasih dah mampir bu guru inspiratif! insya Allah...tahun 2013 ini semoga bisa kita isi dengan hal hal yang positif. Mau duet bikin buku? yuk ah....
Hapus