Perempuan Over Stock Saat Ini!
“Perempuan itu over
stock saat ini, jadi wajar kalau banyak laki-laki ingin menyelamatkan mereka
dengan poligami”. Perkataan ini keluar dari mulut teman penulis. Haduh! Lagi lagi
ngomongin poligami. Sebuah topic perbincangan yang sangat sensitive. Perbincangan
yang tidak disukai perempuan, namun sebaliknya disukai lelaki. Tulisan ini
kembali tidak akan menyoroti tentang poligami, namun ingin mencoba memeriksa
benarkah perempuan over stock di Indonesia?
Over stock perempuan
ini dihembuskan beragam. Mulai dari 4 perempuan berbanding 1 laki-laki, 7 perempuan
berbanding 1 laki-laki, 10 perempuan perempuan berbanding 1 laki-laki. Hembusan
ini tidak mengenal tingkatan pendidikan. Mulai yang tidak sekolah sampai yang
sekolah tinggi. Pokoknya jumlah perempuan di Indonesia ini lebih banyak
sehingga mereka banyak yang nganggur dan tidak memiliki pasangan.
Seharusnya pada saat
kita mengatakan sesuatu itu over stock atau tidak, tentu yang harus dilihat dan
diperiksa jumlah stocknya itu sendiri. Untuk melihat jumlah stock manusia
Indonesia tentu BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia adalah lembaga yang representative.
Bagaimana sebetulnya hasil sensus terahir jumlah perempuan dibanding laki-laki
di Indonesia? Hal ini dilakukan agar pada saat kita mengeluarkan statmen yang
dijadikan alasan untuk melakukan tindakan tertentu, alasan ini bisa dibuktikan
kebenaranya. Bukan sebuah alasan yang tidak berdasar.
Sensus penduduk terahir di Indonesia hasilnya dipublikasikan BPS pada
Agustus 2010 yang berjumlah total 237,641,326 jiwa.
Perbandingan jumlah penduduk laki laki ialah: penduduk laki-laki
Indonesia sebanyak 119,630,913 jiwa dan perempuan sebanyak 118,010,413 jiwa.
Seks Rasio adalah 101, berarti terdapat 101 laki-laki untuk setiap 100
perempuan. (http://sp2010.bps.go.id/)
Nah ternyata kalau kita melihat data ini, ternyata omongan teman saya
di atas sangat tidak berdasar. Bahkan data memperlihatkan bahwa saat ini jumlah
laki-laki di Indonesia lebih banyak dari jumlah perempuan. Omongan teman saya
ini herannya justru banyak diamini oleh perempuan juga. Mereka menjadi resah
saat melihat temannya sudah memiliki pasangan sedangkan mereka belum. Lalu
menganggap hal ini diakibatkan karena perempuan itu over stock dan laki-laki
semakin sedikit.
Sebenarnya tidak hanya Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
perempuan lebih sedikit dari laki-laki. Beberapa negara yang lain juga seperti di
China, Asia dan Afrika jumlah angka rasio perempuannya hanya 98 sementara laki-laki
100.(Jurnal Perempuan Edisi 71 November 2011,hlm 88). Hal ini terjadi karena
ternyata angka harapan hidup perempuan di negar-negara tersebut rendah dan banyak
perempuan yang mati secara dini akibat terabaikannya kesehatan dan nutrisi yang
juga korban bias gender sebelum janin bayi perempuan lahir.
Akar hilangnya perempuan di negara berkembang menurut Amartya Sen dalam
The Frontline, “Many Faces of Gender Inequality” pada tanggal 27 Oktober 2011 karena
masih kuatnya system patriarki (system yang mengutamakan laki-laki) yang
mengakar pada tradisi social dan agama. Dalam tulisan ini Sen menjelaskan tingginya
angka penyakit dan kematian perempuan disebabkan
pada kegagalan pemberian pertolongan medis, suplai untuk kesehatan, reproduksi,
pelayanan makanan dan social.
Tesis yang dikeluarkan Sen sebenarnya agak mirip dengan realitas empirik
di Indonesia dimana AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia masih tinggi. AKI di
Indonesia saat ini tertinggi di Asia Tenggara yaitu 228/100.000 kelahiran
(versi pemerintah), 450/100.000 kelahiran (versi WHO). Kenapa hal ini terjadi? Tentu
banyak hal yang mengakibatkannya. Hal ini sudah pernah penulis bahas dalam
artikel Episode Terahir Kartini.
Hal lain yang bisa ditambahkan dan baru saja penulis temukan ialah
ternyata alokasi anggaran untuk perempuan sangat kecil bila dibandingkan
anggaran untuk hal lain yang tidak terlalu substansial. Sebagai contoh laporan
yang diliput Oleh Eko Bambang Subiyantoro dalam Jurnal Perempuan Online :
Berita Perempuan terlihat jelas bagaimana alokasi APBD daerah (cf.
Surabaya, Bantul, Surakarta, dan daerah lain) tidak berpihak kepada perempuan.
Simaklah berita berikut : Anggaran Klub
Sepak Bola Persis 3 Milyar, Anggaran Ibu Hamil 154 juta (cf APBD Pemkot
Surakarta). APBD Bantul 2006: Anggaran
Pendampingan KTP (Kekerasan Terhadap Perempuan) 2 Juta, Bantuan Haji 300 juta.
Dari berbagai laporan dareah tersebut nasib perempuan Indonesia jelas-jelas
sedang terancam.
Setelah melihat data dan fakta yang telah dikemukakan di atas,
masihkah menganggap perempuan over stock? Anggapan seperti ini justru semakin
mengabaikan perempuan, sehingga tidak hanya berdampak pada mental perempuan itu
sendiri. Lebih jauh berdampak pada, kesehatan, kesejahteraan bahkan
kelangsungan hidup seorang perempuan. Padahal dari rahim perempuan yang sehatlah
regenerasi kehidupan manusia akan berlangsung dengan baik.
Term "bahwa setiap orang punya soulmate" terbantahkan menggunakan logika statistik hahaha..
BalasHapusklo begitu dibalik saja, pihak perempuan lagi yang pake data ini buat pembenaran
poliandri hehehe...Tolong selamatkan cwo" jomblo yang haus akan kasih sayang :D
tulisan yang menarik teh' :)
#blogwalking