Bebaskan Indonesia dari Penderitaan dan Kemiskinan!
Top markotop bener saya mengabaikan blog ini. Bayangin
aja hampir 4 bulan lebih tidak menuliskan apapun ditubuhnya. Ibarat kekasih
lama yang ditinggal karena berjumpa yang baru. Ya...saya sudah selingkuh dengan
membuat website pribadi yang lain. Hehe mohon maaf ya...kamu tetap akan saya
kelola dan teristimewa selalu untukmu. Kamu yang pertama dan kelihatannya akan
menampilkan saya apa adanya.
Baiklah saya akan bercerita kemana saja selama empat
bulan ini berkelana. Berkelana...kesannya kayak judul lagu Rhoma Irama aja
hehe. Kalo berkelana fisik sih mungkin nyaris tidak terlalu banyak sehingga
kurang pantas kalau dikatakan berkelana. Berkelana pemikiran mungkin agak lebih
tepat ditujukan, meski gak juga karena lagi-lagi saya selalu kembali ke asal menjadi
orang naif.
Hal yang sangat berpengaruh selama empat bulan ini
buat saya ialah training SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
sebuah training yang didasari oleh 15
teknik terapi, mulai dari NLP, Systemic Desensitization, Psychoanalisa,
Logotheraphy, EMDR, Sedona Method, Ericksonian Hypnosis, Provocative Theraphy,
Suggestion & Affirmation, Creative Visualization, Relaxation &
Meditation, Gestald Therapy, Energy Psycology, Powerful Prayer dan
Loving-Kindness Therapy. Meski didasari oleh 15 teknik terapi, ternyata SEFT
sangat mudah dipraktekan, bahkan oleh anak-anak sekalipun.
Sebenarnya hal yang sangat menarik hati saya mengikuti
SEFT, ialah Visi yang dimilikinya dimana SEFT ingin mewujudkan Indonesia bebas
dari penderitaan dan kemiskinan pada tahun 2020 dengan melahirkan 5 juta sefter
yang bersedia memberi manfaat pada sesama. Selama ini aktifitas saya di LSM
selalu berkaitan dengan penderitaan dan kemiskinan terutama saat menangani
perempuan dan anak korban kekerasan. Pada saat melayani mereka, kata-kata
standar yang saya keluarkan saat mereka menangis, mengeluh bahkan histeris ialah
‘sabar ya bu’, menjadi pendengar sambil memeluk/mengelus punggung mereka tanpa
bisa melakukan apa apa selain hal tersebut. Saya ingin berbuat lebih baik lagi
dari sekedar hal itu, untuk itulah pelatihan SEFT menjadi kebutuhan buat saya.
Dalam prakteknya cara melakukan SEFT terdiri dari tiga
tahap yaitu, Set-Up yang bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh
kita terarahkan dengan tepat. Selanjutnya Tune-In dengan cara merasakan rasa
sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit,
dibarengi dengan hati dan mulut yang mengatakan Ya Allah saya ikhlas saya
pasrah. Yang terahir adalah mentapping (mengetuk) 18 titik meridian yang ada di
tubuh kita.
Proses tapping ini sebenarnya efektifitasnya hanya 20%
saja karena yang 80% adalah kondisi hati orang yang melakukan SEFTing. Karena
itu paling tidak ada 5 kondisi hati agar proses SEFTing bisa efektif. Lima
kondisi hati ini ialah: (1) yakin, (2) khusyu’, (3) ikhlas, (4) pasrah, dan (5)
syukur.
Pertama Yakin. Yakin dapat diartikan percaya kepada sesuatu, iman
keteguhan hati kepada Allah SWT. Yakin juga bisa diartikan keteguhan hati
terhadap sesuatu sehinga tidak berpaling lagi selain itu. Sedangkan menurut
istilah yakin adalah percaya terhadap sesuatu yang dianggap sebagai tumpuan
dalam sesuatu hal, sehingga dalam melaksanakannya akan menjadi dorongan bagi
orang yang meyakininya. Yakin dalam Islam disebut Iman, yang artinya percaya
dan ada enam pokok keyakinan yang wajib diimani, yakni percaya kepada
adanya Allah, percaya kepada malaikat, percaya pada kitab-kitab Allah,
percaya pada para Nabi/Rasul, percaya kepada adanya hari pembalasan,
percaya pada qadha dan qadar.
Iman intinya menanamkan kepercaaan sedalam-dalamnya
sehingga tidak akan pernah goyah, kemudian meyakini bahwa segala yang akan
terjadi pada diri kita mesti terjadi, maka kita tidak patut untuk takut kepada
sesuatu selain Allah SWT dan wajib kita mengerjakan perintah-perintah-Nya
dengan berserah diri kepadaNya. Dalam meraih sukses, keyakinan sangat penting
sehingga dalam mengerjakan sesuatu akan mempengaruhi dan memberikan motivasi
pada diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu. Tanpa suatu keyakinan, apapun yang
dilakukan tidak dapat mencapai apapun yang kita inginkan.
Dalam terapi SEFTing yang terpenting adalah keyakinan
kepada maha kekuasaan Tuhan, bahwa jika Allah turun tangan tidak ada yang tidak
mungkin, tapi jika Tuhan tidak berkehendak, tidak ada yang bisa kita capai.
Maha kasihnya Allah SWT, bahwa apapun kondisi kita saat ini, sembuh atau
belum, itulah yang terbaik buat kita saat ini menurut Allah.
Kedua Khusyu’. Dari segi bahasa, kata “khusyu’” (dalam bahasa Arab)
mengandung makna : membungkuk, menyelam, atau menunduk. Khusyu’ memiliki
kedekatan makna dengan kata ‘khudhu’ maknanya lebih ke “tunduknya anggota
badan”, sedangkan khusyu’ bisa berarti tunduknya anggota badan, suara, dan
pandangan mata, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an (surah al-Qolam: 43) “khoosyi’atan
abshooruhum….”. Kata khusyu’ juga digunakan untuk menggambarkan bumi yang
tandus dan tak kunjung diguyur oleh hujan. Khusyu’ terkadang dimaknai sebagai
amalan hati, contohnya rasa takut pada Allah. Namun terkadang juga sebagai
bagian dari amalan lahiriyah semisal tenang dan diamnya anggota badan.
Singkatnya, khusyu’ adalah amalan hati berupa rasa takut, hina dan tawadhu’,
yang diiringi rasa cinta dan pengagungan terhadap Rabb yang tampak pengaruhnya
secara lahiriyah dalam wujud tenang dan diamnya anggota badan. Khusyu’ dalam
sholat diwajibkan sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah : 45 “jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”.(http//alhujjah.com).
Dalam SEFTing, khususnya pada tahap set-up, dan
tune in, kita perlu konsentrasi penuh (khusyu’). Pusatkan pikiran dan
perasaan untuk menyampaikan masalah kita kepada Tuhan. Selama proses tapping,
tetaplah berkonsentrasi pada rasa sakit atau kondisi emosi yang ingin kita
hilangkan. Proses SEFTing seringkali tidak berhasil karena pada saat tengah
dilakukan tapping, klien berubah focus pada sakit atau masalah yang lain.
Ketiga Ikhlas. Ikhlas adalah
ketrampilan yang dimiliki hati untuk berserah diri, baik harapan, keinginan,
maupun kekhawatiran hanya kepada Tuhan. Ikhlas seringkali ditujukan untuk
oang-orang dalam kondisi tertentu, misalnya orang yang tengah ditimpa musibah,
miskin, terpojok atau bahkan menjelang ajal. Pada sebenarnya tidak. Ikhlas
bukan berarti kita harus melepaskan semua keinginan dalam hidup. Kita tetap
mengejar mimpi-mimpi kita, namun jika kita menjalaninya dengan ikhlas, maka di
dalam hati akan timbul rasa syukur, sabar, focus dan tenang selama kita menuju
proses yang diinginkan. Di dalam keikhlasan kita akan sepenuhnya menyerahkan
semua “keputusan akhir” hanya kepada Tuhan, setelah beragam upaya kita lakukan.
Ikhlas tidak sama dengan pasrah. Bila konotasi pasrah cenderung menyerahkan
semua persoalan pada takdir tanpa melakukan beragam upaya, maka ikhlas adalah
sebuah kondisi dimana manusia sudah melakukan berbagai upaya, namun
mengembalikan semua hasilnya pada Tuhan sebagai penentu takdir kita.
Dalam SEFTing, pain paradox atau paradox rasa sakit,
adalah suatu kondisi dimana semakin kita berontak dan tidak menerima kenyataan,
maka penyakit itu semakin sulit sembuh, dan semakin berat penderitaan batin
kita. Kita perlu ikhlas dan ridho menerima penyakit kita, justru supaya kita
tidak semakin menderita secara batin, dan akhirnya membuat masalah kita lebih
mudah teratasi.
Keempat Pasrah. Pasrah dalam bahasa agama Islam adalah “Tawakkal”.
Dari segi bahasa , tawakkal memiliki arti: menyerahkan, mempercayakan dan
mewakilkan (Munawir, 1984: 1687). Seseorang yang bertawakkal adalah
seorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya
kepada Allah SWT. Sedangkan dari segi istilahnya, tawakkal didefinisikan oleh
beberapa ulama salaf , yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Menurut Imam
Ahmad bin Hambal, tawakkal merupakan aktivitas hati, artinya tawakkal itu
merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh
lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakkal juga
bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan (Al-Jauzi/Tahdzib Madarijis
Salikin, tt.337). Sedangkan menurut Ibnu Qayim al-Jauzi: Tawakal merupakan
amalan dan ubudiyah (baca: Penghambaan) hati dengan menyandarkan ssegala
sesuatu hanya kepada Allah, berlindung hanya kepadaNya dan ridha atas sesuatu
yang menimpa dirinya, ebrdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya
segala “kecukupan” bagi dirinya……, dengan tetap melaksanakan usaha keras untuk
dapat memperolehnya (Al-Jauzi/Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’
bidalail minal kitab was Sunnah, 1975: 254).
Dalam SEFTing, pasrah adalah menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah SWT apaapun yang akan terjadi nanti. Hal ini bukan berarti
fatalism, karena bukan berarti kita tidak berusaha. Kita berusaha seoptimal
mungkin mencari solusi, sembari menggantungkan hati kita hanya kepada Tuhan.
Bagi orang yang pasrah, maka Allah sendiri yang akan turun tangan mengambil
alih masalahnya. Lester Levinson, mengembangkan teknik Sedona Method yang
berhasil membantu raturan ribu orang, hanya dengan satu teknik kunci let go,
let god atau letting go. ((Ahmad Faiz Zainuddin, SEFT Total Solution, hal 53)
Kelima Syukur. Syukur adalah pujian karena adanya kebaikan yang
diperoleh. Memahami nikmat-nikmat yang dirasakan dan menampakkannya ke
permukaan. Lawan dari syukur adalah kufur yang berarti menyembunyikan.
Bersyukur adalah saat diberi kesehatan jasmaniah dan rohaniah dan menggunakan
kesehatan untuk mengabdi di jalan Allah SWT. Bersyukur adalah melihat ke bawah
saat berada dalam kepayahan, memahami bahwa masih banyak yang jauh lebih tidak
beruntung, meyakini bahwa begitu banyak rahmat dan karunia yang Allah SWT berikan:
iman, udara yang sehat, makanan yang halal, keluarga yang lengkap, lingkungan
yang menginspirasi.
Bersyukur adalah menerima segala kelebihan dan
kekurangan, menjalani proses hidup dengan sederhana apa adanya, tanpa
keserakahan, tanpa kemunafikan. Bersyukur adalah sebuah proses umpan balik,
seberapa banyak nikmat diperoleh, seberapa sering kegagalan menimpa, seberapa
dekat kita kepada Allah SWT, seberapa sering ketenangan hati didapat, seberapa
sering kesedihan dan kegembiraan datang, semua dapat dikaitkan dengan seberapa
banyak rasa syukur. Sungguh orang yang paling beruntung adalah orang yang
pandai bersyukur dan ssebaik-baik ahli syukur adalah yang mengembalikan pujian
dan nikmat kepada Allah SWT. “Fabiayyi aalai Rabbikumaa Tukadziban –
maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan (Ar-Rahman). (http://muhaekal.wordpress.com)
Dalam SEFTing bersyukur tidaklah mudah disaat masih
sakit atau masalah belum selesai. Namun kita perlu mendisiplinkan diri kita
untuk selalu bersyukur, meski dalam kondisi seberat apapun (the discipline
of gratitude). Cari, temukan dan syukuri apapun hal lain dalam hidup kita
yang masih baik dan sehat. Seringkali, ketika seseorang terus mensyukuri apa
yang masih sehat dan baik, maka masalah dan sakitnya berangsur membaik dan
bahkan hilang.
Ternyata setelah mengikuti training SEFT, ia tidak
hanya bisa diterapkan dalam proses penyembuhan (healing) saja. Melainkan juga bisa diterapkan untuk meraih
kesuksesan (success), kebahagiaan (happiness) juga memberi manfaat buat
sesama (greatness). Ingin tahu lebih
banyak tentang SEFT? Ikuti saja trainingnya ya.
Komentar
Posting Komentar