Mana Warisanmu?

Hari minggu ini agenda yang tertulis di kepala ialah santai. Istirahat setelah jum'at dan sabtu berkegiatan sambil membawa bayi. Beruntungnya saya karena rabu dan kamis sudah mulai mencicil cucian. Jadi hari minggu ini tinggal sedikit dan hei...rupanya suamiku berbaik hati mau mencucinya. Mungkin kelelahanku terlihat sangat, ya sudahlah ku ucapkan "terimakasih cinta!".

Setelah menyiapkan sarapan, iseng memeriksa BC teman di bbm dan ada link menarik yang sudah di share oleh sebuah account yang bernama UKMKreatif. Link berupa audio ini berisi motivasi dari Coach Ferdy D Savio. Kaali ini yang saya dengarkan berjudul WARISAN. Tulisan kali ini mengulas apa yang sudah saya dengarkan.

Saat mendengar kata warisan, biasanya kita berasumsi dengan hal berupa materi, apakah itu harta, uang, rumah dan lain-lain. Tidak keliru asumsi tersebut. Namun, kali ini Coach tidak berbicara tentang hal itu. Warisan disini lebih kepada NILAI yang akan kita turunkan kepada anak cucu kita. Karena ternyata nilai memang lebih abadi dari pada sekedar materi. Nilai memang bukan diberikan begitu saja, tidak bisa seperti itu. Nilai ditemukan sendiri oleh subjek masing-masing dalam kehidupan. Tugas orang tua adalah mengkondisikan lingkungan yang memperkuat nilai yang baik agar anak-anak menyadarinya.

Saat seseorang berusaha dalam hidup, kebanyakan tujuan utamanya ialah membahagiaan orang-orang yang kita cintai. Sehingga pada saat kesejahteraan kita raih, maka orang-orang yang kita cintai pun ikut merasakan kesejahteraan. Bahkan mungkin itulah salah satu tujuan kita berusaha dalam semua bidang yang kita tekuni. Tidak jarang kita lihat seorang pengusaha memberikan fasilitas terbaik kepada anak-anaknya. Mulai dari rumah mewah, suster pribadi, kendaraan terbaik keluaran terbaru dan semua fasilitas terbaik lainnya. Berbanding terbalik dengan kehidupannya dulu yang sulit dan keras. Sehingga ada ungkapan generasi pertama itu berjuang, generasi kedua menikmati dan generasi ketiga menghancurkan. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi pada keturunan kita bukan? Karena itu menurut Coach, paradigma kita tentang warisan perlu diluruskan. Hal ini supaya kita justru menyiapkan generasi yang lebih baik dari kita bukan malah meracuninya dengan mental yang lemah.

Pertama menurut coach yang harus diwariskan ialah tujuan hidup. Kenapa seorang manusia harus memiliki tujuan hidup? Bila seorang manusia berorientasi kepada tujuan, maka ia akan focus kepada kelebihan bukan kekurangan atau masalah. Tujuan yang biasa mengemuka dalam sebuah pelatihan  ialah sukses dengan memiliki rumah, kendaraan, bisa mendanai ibadah haji dan hal materi lainnya. Padahal sukses ialah bukan to have something tapi lebih kepada to be something. Menjadi apa kita dalam hidup? bagaimana dengan menjadi sesuatu, tujuan hidup bisa kita raih. Tujuan yang lebih luhur dari pada sekedar hal material. Karena hidup setiap orang merupakan sebuah misi. Misi apa yang diemban itulah yang dicari. Dalam misi inilah tujuan akan kita raih.

Warisan kedua ialah fungsi. Saat seseorang menemukan tujuan hidupnya, maka hal itu tidak berarti bila tidak menjalankan fungsi hidupnya. Fungsi hidup setiap manusia beragam. namun yang jelas semua itu mengarah pada tindakan-tindakan real yang dilakukan agar tujuan bisa tercapai. Seorang pengusaha akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan bisnisnya sehingga terus berkembang dan semakin banyak orang yang mendapatkan kemanfaatan dari bisnis yang dijalankannya. Seorang dosen terus mencoba menyampaikan ilmu yang dimilikinya baik itu dengan mengajar, belajar, berkarya atau beraktivitas yang bisa menerangi orang sekitarnya yang masih ada dalam kegelapan akibat tidak jelas tujuan hidup yang dimilikinya. Semua orang dalam bidang masing-masing terus bergerak menuju tujuan hidup masing masing yang dipersembahkan untuk hal yang lebih abadi dan hakiki.

Ketiga ialah expert. Seseorang bisa menjadi orang yang terbaik di bidang yang dia pilih. Hal inilah membutuhkan mental yang kuat juga support yang tidak mudah dari orang tua kepada anaknya. Focus sesuai dengan kelebihan yang dimiliki anak. Sehingga ia akan bersinar dan memberi cahaya dimana pun ia berada.

Demikianlah warisan yang saya dengarkan dari Coach Ferdy D Savio yang saya tuliskan sesuai dengan bahasa dan perspektif yang saya miliki. Semoga hal ini bisa bermanfaat, hususnya buat saya sebagai orang tua dari tiga anak, juga sahabat sekalian yang berkunjung ke blog saya. Benar kiranya Allah berfirman: "Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (Qur'an Surat an-Nisa’ ayat 9).



Hari ke-7  #NulisRandom2015 ditulis 7 Juni 2015, baru posting hari ini yaa better late than never deh...semoga ke depan tidak ada kendala telat posting. Semangat mimi!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.