Januari Hampir Habis

Januari hampir habis. Belum juga tindakan positif dan produktif menghampiri ibu satu ini. Resolusi tahun 2016 sudah ditulis. Meneruskan pencapaian studi S 3 yang baru saja selesai dengan manis. Beberapa suplemen buku motivasi dan spiritual sedikit demi sedikit dikunyah biar kalis. Semua hal tidak akan ada hasilnya bila hanya dalam hati dan pikiran, namun perubahan tindakan positif tidak di gubris.

Sedikit insiden kecil di Januari ini mengurangi nikmatnya membawa motor dan bergerak aktif seperti biasa. Tangan kiri cedera otot karena menahan tubuh yang terjatuh. Alhasil seminggu ini angkot jadi pilihan, jogging yang biasa dilakukan ditangguhkan bahkan bersepeda ke kampus di semester genap ini harus dipertimbangkan ulang. Tidak semua yang kita rencanakan bisa dijalankan....seperti biasa kompromi dengan keadaan dengan terus optimis menjadi pilihan.

Tujuh buku yang ditemukan di ahir tahun baru selesai 5. Dua lagi masih belum disentuh. Malah tergoda buku lain yang lebih mengarahkan jiwa untuk semakin dekat denganNya. Yaa let it flow saja...selama masih ada dalam track yaitu tetap produktif membaca dan belajar. Menikmati setiap saat dengan mencoba menumbuhkan kesyukuran atas segala karunia dengan tindakan yang dianggap positif.

Hari ini semester Genap di UIN Bandung sudah di mulai. Selasa, Rabu dan Kamis jadwal bertemu dengan para mahasiswa. Filsafat Sosial, Pengantar Filsafat dan Studi Budaya Lokal dipercayakan Fakultas kepada saya untuk difasilitasi. Dua mata kuliah sudah biasa disampaikan, sedangkan untuk Studi Budaya Lokal merupakan mata kuliah yang baru saja dipercayakan. Hari ini masih ada kesempatan untuk mempersiapkannya. Semoga bisa menjalankan amanah tersebut.

Buku yang mencerahkan dan menginspirasi ibarat vitamin saja dalam menjalani hidup. Ada hal lain yang menjadikan saya ada dititik ini. Memberi spirit tiada habis. Selain Zat yang Maha Kasih dan Sayang mereka adalah keluarga. Keluarga yang selalu memperlihatkan bentuk nyata Kasih SayangNya. Keluarga yang selalu memberi, menjaga dan saling mempercayai.

Anggota keluarga pertama yang sangat berarti bagi saya ialah Ibu. Meneladani kebaikannya, seorang pendidik Sekolah Dasar yang penuh dedikasi.  Tangan lembut beliau tak lelah menyemangati saya. Seorang ibu bekerja yang tetap menjadi ibu penuh Kasih. Sampai hari ini masih membantu secara financial untuk selesainya studi merupakan karunia yang harus saya syukuri. Kedua ialah Bapa...dengan tubuh yang sudah menua dan ringkih karena penyakitnya namun tetap menjadi penguat dan bisa menyaksikan putrinya selesai sekolah merupakan hal berharga. Ia selalu mempercayai saya. Menyadari kekeliruannya yang pernah tidak bahagia karena kelahiran putri keduanya ini, tersampaikan dengan kata-kata yang jelas. Ah...Bapa...jasamu tidak ada bandingannya dengan sedikit kekeliruan tersebut. Kita berada dalam dunia yang patriarki dimana nilai perempuan saat ini belum dianggap setara dengan laki-laki. Pengakuanmu dan kasih sayangmu sudah cukup bagiku. Tak ada gading yang tak retak...tak ada orang tua sempurna.

Dua orang yang harus saya sebut juga yaitu Mamah (kakak Bapa) dan Bapak Endin. Mereka berdua tidak sempat memiliki anak yang lahir dari rahimnya, sehingga beberapa keponakannya termasuk saya diasuh sedemikian rupa. Pengasuhan yang diawali dengan dipisahkannya saya dengan kedua orang tua. Saat itu cukup menyakitkan. Enam tahun bersama mereka diusia belia sempat menjadi saat yang tidak ingin saya ingat dalam hidup. Aturan yang keras untuk terus belajar. Hukuman yang selalu saya terima dan minimnya apresiasi membuat saya berontak. Saya tidak membenarkan tindakan-tindakan pengasuhan yang sudah saya terima. Namun hari ini saya memaafkan mereka. Saya menyayangi mereka. Perjalanan hidup kemarin memang harus dilalui.  Tanpa sadar...etos belajar dan prinsip hidup saya saat ini sangat dipengaruhi mereka berdua. Arah pendidikan dan kultur Islam yang saat ini saya jalani juga warisan dari mereka. Karenanya hanya rasa terimakasih. Terimakasih Mamah...Bapak...

Lautan kesyukuran memang meliputi diri. Betapa kasih sayangNya selalu menyentuh dan mendekap keluarga ini. Kami yang mungkin jarang menyebut namaNya, ibadah seadanya, niatan hati yang kadang berbelok-belok karena terpukau kemilau dunia, atau bahkan lupa kalau usia, semua anggota keluarga, tubuh ini dan segala yang ada hanya milikNya. Meski begitu...Ia tetap mencintai kami semua. Terimakasih...alhamdulilaah atas semua karuniaMu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Aksi-Refleksi Bersama Bloom

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue