Kamu Konsisten Gak?

Menjadi orang yang istiqomah merupakan hal yang didambakan siapapun. Meski sedikit demi sedikit maka lama-lama akan menjadi bukit. Itu kata peribahasa yang cukup populer untuk menyemangati agar seseorang bisa konsisten dalam melakukan berbagai hal. Hal inilah yang masih sulit buat saya dalam menjalani apa pun.

Moody dan angin-anginan selalu saja terjadi. Berbagai buku, pelatihan dan jenjang pendidikan terus ditapaki, namun menjaga konsistensi masih merupakan hal yang belum juga bisa dilakukan. Jangan-jangan konsistensi bagi saya bukan pada hal teknis? Atau bisa juga konsistensi sebenarnya bisa bermakna banyak hal, tidak melulu pada ritual fisik. Bagaimana jika itu ada pada dataran prinsip? Bagaimana jika itu ada dalam dataran mental? Lantas apa juga hubungannya dengan komitmen dan konsekuen?

Menurut KBBI Konsistens berarti: tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai: perbuatan hendaknya dengan ucapan. Konsisten dapat berarti sifat yang selalu memegang teguh pada prinsip yang telah di canangkan dalam diri seseorang. Menurut saya sepertinya konsisten lebih pada kondisi mental seseorang dalam menjalankan prinsip hidupnya. 

Konsisten merupakan sebuah kondisi ajeg dimana hal itu terjadi karena seseorang memiliki fondasi yang kuat melakukan sesuatu. Fondasi ini biasanya merupakan hal primordial. Bisa berupa agama dan keyakinan, nasionalisme atau bisa juga kesukuan. Hal ini menjadi alasan kuat kenapa seseorang melakukan sesuatu (strong why). Strong Why ini menjadi daya dorong seseorang dari dalam dirinya memegang prinsip hidup. Menjadi bagian yang tak terlihat namun sangat menentukan hidup seseorang.

Sebuah prinsip saja tentunya tidak cukup. Seseorang harus terikat dengan prinsip yang dia pegang. Hal ini sepertinnya dekat dengan pengertian komitmen. Dimana menurut KBBI komitmen berarti : perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Rizal Panggabean, komitmen merupakan proses atau mekanisme yang lumrah terjadi dalam hidup kita. Selanjutnya komitmen juga merupakan langkah atau tindakan yang kita ambil untuk menopang suatu pilihan tindakan tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap dan sepenuh hati.

Sebagai contoh seseorang memutuskan untuk menjadi penulis sebagai bentuk penghambaan kepada sang Pencipta. Kemudian ia akan mengambil tindakan seperti (1) rajin berlatih menulis, (2) rajin membaca sebagai bekal bisa menulis, (3) melatih skill menulis dengan mengikuti berbagai pelatihan menulis (4) rajin mengirimkan tulisan di media masa. Tindakan 1,2,3,4 dengan demikian merupakan komitmen.

Sebuah konsistensi tidak mungkin tercapai tanpa sebuah komitmen. Untuk itulah komitmen yang berupa janji terhadap diri sendiri untuk mengerjakan sesuatu harus ditentukan. Agar tidak frustasi memang sebaiknya dengan janji yang mudah dan sederhana dahulu agar bisa dilaksanakan. Saat dilakukan, rasa lega dan bahagia bisa kita peroleh. Kemudian muncul penghormatan kepada diri sendiri dan kepercayaan diri mulai hadir. Setelah itu komitmen bisa ditambah sedikit demi sedikit.

Komitmen bisa dilakukan bila seseorang konsekuen dengan apa yang sudah direncanakannya. Menurut KBBI konsekuen berarti : sesuai dengan apa yang telah dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak menyimpang dari apa yang sudah diputuskan. Keputusan sadar yang didorong dengan sebuah alasan kuat (strong why) dan kejelasan bagaimana melakukan sesuatu tersebut (how to) akan mempermudah seseorang konsekuen.

Ketiga kata yang memiliki nafas yang sama yaitu konsisten, komitmen dan konsekuen menurut saya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya merupakan unsur yang padu yang tidak berupa garis linear akan tetapi berupa siklus yang terus bergerak.  Untuk konsisten seseorang butuh komitmen juga konsekuen dalam menjalankannya. Hal inilah barangkali yang disebut dengan sosok manusia yang memiliki integitas. Dimana pikiran, ucapan dan tindakannya senantiasa selaras.

Ah...lagi-lagi mudah bila sekedar diucapkan. Apakah juga mudah untuk dipikirkan dan dilaksanakan? Kalau kita berpikir mudah dan bisa, tentu itulah yang terjadi. Sebaliknya bila berpikir sulit, maka itulah yang terjadi. Bukankah Allah ada dalam sangkaan hambaNya? Karenanya mari kita pikirkan dan rasakan bahwa hal ini mudah. Bukankah rasamu adalah do'amu? Karena hati berbicara lebih keras dari ucapan bahkan tindakan. Yuk ah...kita stel hatinya bahwa dengan pertolonganNya kita merasa bahagia bisa menjalankan berbagai hal yang menjadi komitmen kita dengan penuh konsistensi dan konsekuen menjalankan apa yang sudah direncanakan.

Catt: ini merupakan proses menasihati diri untuk menjadi manusia lebih baik lagi. Lebih baik bukan dibandingkan dengan orang lain. Lebih baik dengan diri sendiri yang telah lalu. Diri yang terus menjadi. Mendekatkan diri pada Ilahi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.