Selalu Antara Engkau dan Tuhan

Orang kerap kali tak bernalar, tak logis dan egois
Biar begitu, maafkanlah mereka

Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif egois
Biar begitu, tetaplah bersikap baik

Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu
Biar begitu, tetaplah bersikap baik

Bila engkau sukses, engkau akan mendapati teman-teman palsu dan teman-teman sejati
Biar begitu, tetaplah meraih sukses

Apa yang engkau bangun bertahun tahun, mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam
Biar begitu, tetaplah meraih sukses

Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri dan dengki
Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan

Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup
Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik

Ketahuilah, pada ahirnya
Sesungguhnya ini semua adalah antara engkau dan Tuhan
Tidak pernah antara engkau dan mereka.



Puisi yang dibuat bunda Theresa di atas sangat dalam. Saat pertamakali membacanya, saya tertegun betapa saya selalu disibukan dengan orang lain karena mereka tidak merespon sama dengan apa yang saya lakukan. Pernahkan Anda mengalami apa yang saya alami? Atau bahkan kebaikan yang kita lakukan disalahpahami bahkan diresponi dengan hal negatif?

Istilah lo jual gue beli  masih menjadi hal yang dominan dalam masyarakat kita. Kita bersikap dan bertindak sesuai respon orang lain. Bila orang lain baik maka kita akan bersikap baik. Demikian sebaliknya, bila orang lain bersikap tidak baik kita pun merespon dengan hal yang sama.

Bila merenungkan puisi di atas betapa dangkalnya pola pikir yang masih kita miliki. Betapa kekanakannya sikap hidup yang selama ini dijalani. Pantas saja bila saat ini penyakit-penyakit sosial di masyarakat semakin akut. Rupanya Tuhan/Allah sebagai sesuatu yang harus diutamakan dan dicintai sudah ditinggalkan dan diganti. Padahal inilah inti dari ajaran Islam.

Inti ajaran Islam terdapat dalam kalimat Tauhid, Laa ilaha Illallah tidak ada Ilah selain Allah. Laa yang berarti tidak, adalah penafian yang berlaku selama-lamanya. Apa yang ditiadakan /dinafikan? Adalah hal-hal selain Allah yang menjadikan seseorang lalai dalam mengingat-Nya. Setelah semuanya hilang hanya satu yang harus ditetapkan Illallah. Hanya Allah satu-satunya alasan. Hanya Allah satu-satunya tujuan. Hanya Allah satu-satunya yang diutamakan.

Allah berasal dari bahada Arab yaitu Ilah. Ilah secara bahasa adalah sesuatu yang dicintai, sesuatu yang diutamakan, sesuatu yang dipuja, sesuatu yang ditaati dan ini bisa berarti apa saja. Ia bisa berarti harta benda, jabatan, lawan jenis, anak, ilmu, kekuasaan, penilaian orang dan lain-lain selain Allah. Bila Ilah sudah diawali dengan alif lam ma’rifat menjadi Allah, maka akan bermakna khusus dan ini hanya ditujuan untuk Allah Rabbul ‘Alamin. Pencipta semua makhluk dan seluruh alam. Allah yang inilah yang harus dicintai, diutamakan, dipuja dan ditaati selainnya harus dinafikan. Apapun yang ada di dunia ini hanyalah sarana untuk mendekatkan seseorang kepada Allah, bukan tujuan. Mereka semua tidak ada apa-apanya dibandingkan denganNya.

Mengapa sang  Pencipta ingin dikenal dengan sebutan Allah? Karena rasa cintanya kepada seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi dan di antara keduanya. Seluruh makhluk yang penah ada Ia cintai tanpa syarat. Siapa pun dia, darimana asalnya, seperti apun kondisinya. Ia memberikan cintanya berupa rahman (kasih sayang) kepada siapa pun yang dia kehendaki. Pada saat seorang manusia mendekati-Nya sejengkal, maka Ia akan mendekatinya sehasta. Jika seorang manusia mendekati-Nya sehasta, maka Ia akan mendekatinya sedepa. Pada saat seorang manusa mendekati-Nya dengan berjalan, maka Ia akan mendekatinya dengan berlari. Betapa besar rasa cintanya kepada tiap manusia. Kenapa pula banyak manusia yang berpaling dari cintaNya?

Pada saat seseorang mencintai sesuatu, maka ia akan menjadi budaknya. Sesuatu tersebut adalah tujuannya. Hati seseorang yang mencintai akan mengharapkan balasan seperti apa yang telah dirasakannya. Padahal belum tentu sesuatu tersebut sesuai dengan harapan. Bila tak sesuai dengan harapan maka seseorang akan mengalami rasa sakit yang dalam. Itulah akibat dari menomorsatukan hal lain selain Allah.

Puisi Bunda Theresa menarik kita kembali memeriksa Tauhid dalam diri. Sudahkan kita menjadikanNya sebagai satu-satunya alasan hidup di dunia ini? Sudahkah Ia kita jadikan sebagai satu satunya tujuan dalam hidup ini? Sudahkan sikap dan tindakan kita terbebas dari apapun respon orang lain? Bila belum, mari sama-sama kita perbaiki. Semoga titik awal berangkat ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dalam diri juga dalam kehidupan masyarakat yang kita tempati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin Kembali!

Sunan Ampel dan Cardinal Virtue

Metaverse Untuk Kuliah Lapangan.