Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Standar Ganda Kehormatan

Kehormatan seorang  gadis terletak saat dia  menjaga kesuciannya sebelum menikah. Kehormatan seorang  istri saat ia  menjaga kesetiaan terhadap pasangan. Kedua pernyataan ini sekali lagi keluar dari pola pikir  yang naif.  Meski naif entah kenapa kedua hal ini kerap kali menjadi faktor mendasar berbagai persoalan yang selama ini dihadapi. Saya menyadari bahwa pola pikir  ini mau tidak mau merupakan bentukan budaya patriarki yang memberikan standar ganda untuk perempuan dan lelaki. Dimana perempuan sebelum memasuki pernikahan harus dalam kondisi masih suci sebagai representasi dari kehormatannya. Sedangkan bagi lelaki kesucian bukanlah yang yang terpenting saat memasuki pernikahan. Bahkan bila ada lelaki yang sering gonta ganti pacar masyarakat malah menganggapnya macho dan biasa. Sedangkan perempuan bila seperti itu dianggap perempuan murahan. Saya tidak setuju dengan standar ganda yang diberlakukan bagi perempuan dan lelaki di atas. Bagi saya baik lelaki maupun perempuan harus mem

Memang Kenapa Kalo Flat?

"Life is never flat". Jargon ini dipakai salah satu  snack yang membuat produknya berbentuk bergelombang. Gelombang membuat kondisi jadi meriah, jadi menyenangkan. Bentuk yang datar tidak memiliki kekhasan akan mudah dilupakan orang. Datar...sederhana dan itu-itu saja. Hidup yang datar memang membosankan. Adrenalin tidak terpacu lebih kencang. Kreatifitas mentok disitu. Hari ke hari hanya berhadapan dengan rutinitas. Maukah menghabiskan hidup untuk hidup yang datar datar saja? Rutinitas yang menindas mungkin menyebalkan. Tapi karena adanya rutinitas kita jadi memiliki sesuatu yang kita nantikan. Kita tunggu. Kita perhatikan. Sebagaimana cerita Little Prince yang memiliki sekuntum bunga  yang ia jaga. Saat kita biasa bertemu pukul dua, maka sebelum pukul dua kita menjadi gelisah mempersiapkan sebuah pertemuan.  Satu jam sebelumnya menjadi saat yang menyenangkan dan lebih menyenangkan lagi saat bisa bertemu. Kita menjadi berharga pada saat memiliki komitmen dengan yang la

Terimakasih Semuanya!

Senja menyambut usainya sebuah tahapan. Melalui  sesuatu yang sudah dimulai. Malah kalau bisa segera diselesaikan. Meski sulit, ternyata bila dilangkahkan jalan keluar itu selalu ada. Beban psikologis dari sebuah pengabaian lebih berat dari usaha mencari jalan keluar. Kenapa pula harus memilih pengabaian? entahlah...terkadang kesadaran muncul setelah berjibaku begitu keras dengan berbagai hal. Di titik inilah mungkin kesungguhan dipertaruhkan. Waktu...sekali lagi selalu menjadi obat dan solusi. Memang benar bila saatnya sudah tiba, apapun bisa terbuka dan terjadi. Semua ada saatnya...semua ada gilirannya...semua ada dalam sekenarioNya. Letih masih tersisa. Ingin segera menenggelamkan diri dalam kesejatian. Bertemu dan menyerahkan sepenuhnya pada sang Raja. Menyerahkan segala yang dimiliki...tak ada daya..tak pula upaya...hanya Ia...sepenuhnya Ia. Sebelum sepenuhnya hilang, lautan syukur menggema berulang. Betapa semesta bergerak memudahkan segala urusan hari ini. Esok...terus m

Hati Memiliki Alasannya Sendiri

Hati memiliki alasannya sendiri sementara alasan tak selalu bisa dipahami ( Blaise Pascal ) Mencoba mengenang perjalanan sebelas tahun lalu menjelang pernikahan. Saat itu betul-betul saya mengikuti kata hati. Bahkan logikapun nyaris ditanggalkan. Boleh jadi ungkapan Pascal di atas betul-betul saya jalankan. Mengikuti kata hati. Menjadi seorang aktifis dengan segudang kegiatan membuat saya nyaris tak memiliki waktu untuk diri sendiri. Setiap hari selalu bergerak menyelesaikan satu urusan menuju urusan yang lain. Mengelola rental komputer dengan adik di kostan, lalu kuliah, pergi ke sekre, kursus bahasa,  ngaji, rapat redaksi, berahir malam di kostan dengan menyusun skripsi. Waktu bergerak begitu cepat sehingga dalam benak saya tak ada pikiran untuk pernikahan. Apalagi memikirkan kriteria suami yang diidamkan. Hanya satu hal yang saya percaya bahwa "yang baik akan mendapatkan yang baik". Bila ingin mendapatkan pasangan yang baik, maka baikkan dulu diri sendiri. Bila ingin