Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Abaikan Dirimu!

Gambar
Saya saat ini sedang mengikuti mentoring menulis online dengan Brili Agung. Kenapa dengan dia? karena dia terlebih dahulu menfollow twitter saya dengan account mentor menulis. Terus terang saya jadi penasaran kenapa dia memfollow saya. Berangkat dari rasa penasaran ahirnya saya mencari tahu tentangnya. Tepat sekali rupanya saya memang sedang memerlukan seorang mentor menulis karena sudah banyak tulisan yang saya posting namun banyak gejenya. Ahirnya memutuskan untuk ikut mentoring online dengannya. Hari ini memasuki hari ke 17 mengikuti mentoring online. Semakin saya bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa saya malah merasa semakin tidak jelas dengan arah tulisan saya. Mau dibawa kemana? Siapa yang akan jadi pembaca. Maukah mereka membaca tulisan panjang dengan bahasa ilmiah yang njlmet? Kenapa terjadi seperti ini? Ahirnya malam ini saya memutuskan untuk tetap menulis dan mengirimkan PR sesuai dengan ketentuan peserta menulis online. Setelah gugur kewajiban, saya kembali berefleks

Persahabatan part-1

Gambar
Gemercik hujan tengah malam ini masih hadir. Setelah tadi sore hujan turun dengan derasnya membasahi Bandung Timur. Suasana malam ini cukup hening membuat saya ingin kembali berlatih menulis. Sebuah tulisan sudah selesai kemudian saya kirimkan pada mentor menulis. Semoga saya bisa mengikuti arahan-arahannya.  Mata ini rupanya belum mau terpejam. Sehingga saya memutuskan untuk melanjutkan menulis di blog. Sebuah tema belum terpikir sampai paragraf yang saya tulis ini. Biarlah...menulis ya menulis saja dulu. Semoga ditengah perjalanan ada satu tema yang bisa saya tuliskan.  Manusia manapun di muka bumi ini tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain. Meski orang tersebut menyangkal bawa ia membutuhkan orang lain, tetap saja kenyataanya dia bisa hadir di muka bumi ini karena jasa manusia yang lain. Bahkan setelah nyawa lepas dari badan pun, ia membutuhkan orang lain mengurusi mayatnya. Jadi mengapa ada orang yang suka mengambil jarak dengan orang lain dan mengabaika

Tangisan Bayi Kucing

Suara bayi kucing itu sudah dua hari terdengar. Terus mengeong tanpa henti dari pagi sampai malam hari. Sepertinya usianya baru dua minggu. Seseorang telah membuangnya dekat rumah kami. Kami menyimpannya dalam sebuah kardus di pos kamling depan rumah. Suaranya begitu memilukan. Seolah memanggil-manggil ibunya dan ingin menyusu. Hati saya semakin terenyuh mendengarnya ketika menyusui anak kami. Mungkin ibu kucing pun kebingungan dan sedih kehilangan anaknya. Ah...siapa sih manusia yang tega memisahkan ibu dan anak meski hanya seekor kucing? Rasa tidak ingin kehilangan dan berpisah dengan buah hati memang naluri alamiah seorang ibu. Naluri inilah yang melindungi bayi sebagai mahluk lemah tak berdaya. Hal ini memang terjadi pada kebanyakan ibu. Namun tidak pada ibu teman saya. Ia dibuang di pinggir jalan oleh orang tuanya saat seumur bayi kucing di atas. Disimpan begitu saja dalam sebuah kardus, hanya karena memiliki kekurangan berupa telapak kaki yang terbalik sejak lahir.  Berunt

Kamu Konsisten Gak?

Menjadi orang yang istiqomah merupakan hal yang didambakan siapapun. Meski sedikit demi sedikit maka lama-lama akan menjadi bukit. Itu kata peribahasa yang cukup populer untuk menyemangati agar seseorang bisa konsisten dalam melakukan berbagai hal. Hal inilah yang masih sulit buat saya dalam menjalani apa pun. Moody dan angin-anginan selalu saja terjadi. Berbagai buku, pelatihan dan jenjang pendidikan terus ditapaki, namun menjaga konsistensi masih merupakan hal yang belum juga bisa dilakukan. Jangan-jangan konsistensi bagi saya bukan pada hal teknis? Atau bisa juga konsistensi sebenarnya bisa bermakna banyak hal, tidak melulu pada ritual fisik. Bagaimana jika itu ada pada dataran prinsip? Bagaimana jika itu ada dalam dataran mental? Lantas apa juga hubungannya dengan komitmen dan konsekuen? Menurut KBBI Konsistens berarti: tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai: perbuatan hendaknya dengan ucapan. Konsisten dapat berarti sifat yang selalu memegang tegu