Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Lemari Plus Partisi

Gambar
Dua bulan sudah saya memesan sebuah lemari buku yang berfungsi tambahan sebagai partisi ruangan. Saya memesan lemari partisi tersebut karena melihat kantor memesannya dan ternyata multi fungsi. Sebagai lemari karena rangkanya terbuat dari besi, maka terlihat kokoh. Sebagai partisi dia bisa dipakai untuk layar persentasi rapat selain juga memiliki roda yang fleksibel mau dipindah-pindah dan juga bisa dikunci. Saat memesan saya bercerita pada pegawai pembuat partisi tersebut, bahwa seringkali orang yang lewat depan rumah bertanya apakah ini perpustakaan? karena saat pintu rumah saya terbuka maka yang terlihat adalah lemari yang dipenuhi buku yang saya simpan sebagai partisi ruangan. Sebagian buku yang saya punya tidak menempati tempat yang layak, karena tiga lemari sudah tidak muat. Maka saya memutuskan untuk memesannya meski harganya cukup tinggi. http://setruangtamu.com/wp-content/uploads/2015/10/Rak-Buku-Partisi-Minimalis.jpg Setelah sekitar 1 bulan pemesanan, saya dipe

Celoteh Ibu Kolokan

Hari minggu bergelut dengan kemalasan. Tempat tidur sangat berat untuk ditinggalkan. Tapi sms dari sang kekasih cukup membuat saya bangun dan menyelesaikan isi pesan. Uh... kalau mood turun seperti ini, kehadirannya memang sangat saya butuhkan. Untuk selalu mengingatkan. Sepuluh tahun pernikahan terlewati dengan perlahan. Tahun kesebelas hadir menumbuhkan harapan. Akankah kami bisa mengisinya dengan kebaikan? Hanya satu yang ingin selalu kami camkan. Bahwa relasi yang mengikat kami adalah sebuah perjanjian. Perjanjian Agung atas nama Tuhan. Relasi yang berkesetaraan. Esok hari segudang tanggung jawab sudah menghadang untuk diselesaikan. Tanggung jawab hidup dari berbagai pilihan. Pilihan yang secara sadar menghiasi sebuah rangkaian. Terjalin sebagai sebuah bentuk penghambaan. Pada-Nya yang selalu mengabulkan semua permohonan. Hai...kemalasan maafkan bila kini kau kutinggalkan. Tatap bening dua permata hati begitu mengesankan. Membuat si kolokan berusaha menjadi ibu sesuai dengan

Menggumpal

Masih menyisakan lelah setelah 2 hari full terjun ke lapangan. Allah sangat nyata Kasihnya. Sekarang tinggal memenuhi hak anak-anak setelah seminggu ini mungkin tak seperti biasanya. Weekend minggu ini semoga bisa sedikit rehat mengumpulkan tenaga menghadapi hari-hari yang baru. Tiga hari tak buka internet ternyata tidak membuat saya kenapa-napa. Biasa aja ternyata. Entah... ada sedikit sesak yang menggumpal. Saya ingin sekali berteriak dengan keras. Agar ada yang terurai. Atau izinkan saya mengepalkan tinju saya dan mengekspresikan kemarahan yang selalu saya tekan. Flying fox, arung jeram atau latihan kick boxing betul-betul saya butuhkan. Atau street dancing seperti yang saya dengar dari radio selama perjalanan kemarin? Yah...besok semoga gumpalan ini bisa terurai. Rabb bantu hannah!

Bohong

Sepuluh menit lagi pulang. Seharian berhadapan dengan seorang anak perempuan yang menjadikan bohong sebagai alat untuk bertahan hidup. Kebohongan sudah sedemikian terinternalisasi sehingga tak ada lagi rasa resah meski banyak kebohongannya sudah terungkap. Tes psikologi tak mampu mengungkap identitas sebenarnya meski sudah hampir dua bulan psikolog menanganinya. Bekerja laksana detektif. Menyelidiki fesbuk dan menghubungi orang-orang yang sekiranya berhubungan dengan subjek. Beberapa terhubung namun mereka juga merasa jadi korban subjek. Hari ini relawan mengunjungi alamat mantan pacarnya yang mungkin bisa memberikan keterangan. Juga alamat di Bandung yang katanya pernah dia tinggali cukup lama. Huff...semoga ada jalan terang dan terungkap motif sebenarnya kenapa sampai dia merepotkan polda Jabar dan P2TP2A Jabar sedemikian rupa.

Digugu dan Ditiru

"Amat besar kemurkaan Allah pada orang yang mengatakan kebaikan tapi dia sendiri tidak menjalankan". Teguran-Nya ini terasa begitu keras menampar saya sehingga nyaris tak bisa berkata-kata. Tercekat saat menyampaikan Iman kepada qadha dan qadar Allah. Materi terahir sebelum bedah filem yang menjadi penutup kuliah Pendidikan Agama Islam sebelum UTS minggu depan ini benar-benar mengena buat saya. Sekali lagi seorang guru dalam benak saya bukan sekedar transfer pengetahuan. Melainkan lebih jauh dari itu yaitu transfer pengalaman dan transfer spiritual. Sehingga benarlah adanya falsafah seorang GURU yaitu DIGUGU dan DITIRU. Bukan sekedar pengajaran melainkan pendidikan. Sehingga saat mengatakan suatu hal sebenarnya hal itu berlaku terlebih dahulu buat yang mengatakan. Syukur merupakan sikap terbaik pada qadha Allah terhadap diri kita saat ini. Sehingga apa pun yang terjadi dalam benak kita yang ada hanyalah Kasih-Nya. Saya mengisahkan sebuah cerita tentang gelas yang terisi

Pada Sebuah Elp

Bis dan elp menunggu di perempatan Garut untuk mengantarkan saya sampai di Bandung. Bis ekonomi terlihat masih kosong, sedangkan elp sudah terisi sebagian. Supir elp yang berkacamata hitam terlihat keren dari jauh. Masih muda dengan postur tubuh yang tinggi dan berkulit hitam manis. Saya bingung akan menaiki apa, apakah naik bis yang tua? atau menaiki elp yang masih terlihat baru. Pengalaman naik bis yang sudah tua merupakan hal yang kurang menyenangkan. Selain rupanya yang sudah tidak karuan, tenaganya juga kadang lemah sehingga saat tanjakan saya harus menahan nafas karena deg-degan, apakah bis ini bisa melewatinya atau tidak. Padahal perjalanan Garut-Bandung sangat curam apalagi musim hujan. Ahirnya saya memutuskan untuk naik elp karena tawaran kondektur yang mempersilahkan saya duduk di depan di samping supir. Saya duduk berdua dengan seorang ibu separuh baya yang baru saja menengok kakaknya yang sedang sakit. Kata dokter yang merawat, kakaknya mengalami pecah pembuluh di otak

Menuju Garut

Bersiap menuju Garut untuk menjadi fasilitator dalam sebuah pelatihan. Kesibukan ngajar dan mendampingi perempuan korban membuat saya sedikit memiliki waktu untuk mempersiapkannya. Beruntung, malam ini beberapa bahan sempat saya persiapkan. Semoga saya bisa menjadi fasilitator yang baik kamis ini. Materi Islam dan Gender memang bukan hal yang asing buat saya. Empat tahun sudah saya mengajar mata kuliah ini. Selain saya juga beberapa kali jadi pembicara untuk tema ini. Tulisan yang saya buat selama ini tidak pernah jauh dari tema tersebut. Namun karena ini betul-betul sebuah pelatihan untuk 30 guru SMA/SMK/MA ada perasaan was was bisakah saya menjadi seorang faslitator masih menghampiri. Pagi ini sebelum berangkat saya mencoba menghipnosis diri bahwa saya akan mengalami hal yang menyenangkan hari ini. Saya merasakan kebahagiaan saat peserta bisa saya kondisikan sehingga menjadi forum menjadi forum yang kondusif sehingga target pelatihan bisa tercapai. Ah semoga Allah memberikan pe