Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Mari Bercinta!

Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah anak kecocokan jiwa. Dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan milenia ( Khalil Gibran ) Bagi mana pendapat Anda dengan ungkapan puitis Khalil Gibran tentang cinta di atas? Setujukah? Atau Anda merasa ungkapan di atas terlalu mengada-ada? Bukankah juga ada peribahasa jawa “ Witing tresno jalaran soko kulino ” yang bermakna cinta hadir karena terbiasa. Bila kita perhatikan, keduanya memiliki sisi yang positif. Cinta merupakan anak/hasil dari kecocokan jiwa. Kecocokan jiwa mungkin saja tumbuh di awal pertemuan dan semakin menguat dalam perjalanannya, atau bisa saja awalnya belum hadir namun seiring waktu ia tumbuh. Terbiasa bertemu, terbiasa bersama-sama, kalaupun belum tumbuh maka ia akan tumbuh sedikit demi sedikit pada ahirnya terdapat kecocokan jiwa. Cinta adalah sumber energy dalam kehidupan . Ia mampu membawa pemilikn

Mau Mengubah Kemalangan Menjadi Keberuntungan?

Gambar
Pada suatu hari Nabi Isa as melakukan perjalanan bersama para sahabatnya (hawariyyin). Di tengah perjalanan mereka melihat bangkai anjing yang telah mati berhari hari. Seorang sahabat berkata, “betapa baunya bangkai anjing ini. Sahabat yang lain ada yang mengatakan, “betapa rusaknya bangkai anjing ini. Ada pula yang berkata “lihat betapa menjijikannya rupa bangkai ini”. Hampir semua sahabat yang ada mencela bangkai anjing tersebut. Namun, Nabi Isa as berkata, “betapa putih dan rapi giginya”. ( Habib Noval dalam bukunya Secangkir Kopi Hikmah ). Kisah ini menurut saya luar biasa. Bangkai merupakan tubuh hewan yang mati membusuk. Biasanya berbau menyengat dan dipenuhi oleh berbagai macam hewan pengurai seperti belatung dan serangga lainnya. Wajar bila para Sahabat Nabi Isa as mengeluarkan perkataan seperti kisah di atas. Mungkin kita pun akan bereaksi sama. Yang luar biasa dalam kisah ini menurut saya adalah perkataan Nabi Isa as yang bisa melihat hal baik dalam sesuatu hal yang ada

Hindari Sindrom Sangkuriang!

Gambar
Sangkuriang menendang perahu yang hampir selesai. Perahu yang akan dipakai mengarungi danau buatannya bersama Dayang Sumbi sebagai syarat pernikahan mereka. Perahu ini konon berubah menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Parahu. Kenapa Sangkuriang menendang perahu tersebut? Ia jengkel tidak bisa menikah dengan Dayang Sumbi karena ayam sudah berkokok dan ia tidak bisa membuat perahu dan danau dalam waktu semalam. Kisah Sangkuriang ini kini banyak dikuti oleh berbagai kalangan. Mulai dari siswa, mahasiswa, guru, dosen dan profesi lainnya yang menyelesaikan tugas dalam waktu semalam. Istilah yang kadang suka dipakai ialah SKS (Sistem Kebut Semalam).   Kali ini saya menyebutnya dengan Sindrom Sangkuriang. Kenapa seseorang seringkali mengidap Sindrom Sangkuriang? Sindrom menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan himpunan gejala yang terjadi serentak dan menandai ketidaknormalan tertentu. Ia biasanya terjadi berulang membentuk pola yang sama dan dapat diidentifikasi.