Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2011

Shaum hari ke 29

Hari terahir shaum. Menyediakan makanan buka di menit-menit terahir. Bingung dan malas, menu apa lagi yang akan dihidangkan. Buka dengan baso yang tak pernah sekalipun menghiasai hari-hari shaum sebelumnya. Semoga menjadikan kami tetap sehat meski saya tau mungkin zat penyedap, pengawet, pewarna dan yang lain-lain tidak baik untuk tubuh. Sesekali tak mengapa saya pikir Seharian tadi mempersiapkan perlengkapan mudik juga ngebut dua juz terahir. Tak terasa waktu bergulir dengan cepat. Tak dibantu asisten membuat semua PR saya kerjakan sendirian. Kalo lagi libur kayak gini tak terasa lelah. Beda ceritanya kalo hari biasa. So...nikmati saja jadi ibu RT full. Keluarga kami memutuskan berlebaran esok hari, meski pemerintah RI mengumumkan lebaran hari rabu. Malam ini rute mudik dari Bandung menuju Cilegon. Setelah mengantarkan saudara di jalan dekat ke Anyer saya menjemput adik di Cilegon timur untuk sekalian berlebaran di Rangkasbitung. Adik yang saya jemput di Cilegon ini sedang m

Shaum hari ke 28

H-2 dari lebaran. Masih di Bandung. Menunggu saat yang tepat untuk mudik. Sebuah aktifitas yang melelahkan namun tetap selalu dirindukan. Momen dimana semua anggota keluarga besar kumpul. Menyambung silaturahmi yang mungkin tak kan diketahui bila tidak ada moment ini. Merenung di penghujung Ramadhan. Sejak subuh tadi sudah saya lakukan. Sambil berkejaran dengan kucing kesayangan. Entah kenapa ada yang retak dan resah di hati. Ada yang salah, apa yang salah? Entahlah... positif feeling agak sulit saya lakukan. Saya tau hati saya merasakan ada yang salah namun kembali saya bertanya apakah itu? Saya tidak mau fokus dengan keresahan. Masih banyak yang bisa saya lakukan. Rumah yang harus dibereskan. Menu buka yang harus disiapkan. Juga pakaian mudik yang harus dimasukan ke tas. Mungkin karena selama ini saya selalu fokus pada positif feeling sehingga beberapa kesalahan terlewatkan. Saya tidak sensitif dan mengabaikan. Mungkin hal ini berkaitan dengan konsep penghambaan. Sebuah kon

Shaum hari ke 27

Hari-hari terahir Ramadhan menguras kesabaran saya. Betapa tidak? Efek dari sikap saya yang mempertanyakan kenapa sekertaris jurusan mengeluarkan nilai dan meloloskan mahasiswa untuk sidang komprehensif berujung jawaban sudah melakukan prosedur SP (Semester Pendek). Padahal SP harus memiliki prosedur tersendiri, dimana harus ada pertemuan dan Ujian. Saat saya tanyakan langsung pada mahasiswa bersangkutan ternyata prosedur itu tidak dijalankan. Sikap protes saya disikapi dengan rapat pimpinan fakultas untuk membahas masalah ini. Mereka berlindung dibalik SP dan malah menyalahkan saya karena lancang memprotes jurusan. Opini yang berkembang di kalangan teman-teman yang saya tangkap, saya dosen perempuan yang over acting dan tak sepantasnya mensikapi hal remeh temeh seperti itu dengan sebuah tulisan apalagi di publish. Tulisan yang saya publish sama sekali tidak saya maksudkan untuk menyinggung fakultas apalagi jurusan. Saya lebih memfokuskan kepada mahasiswa yang mengecewakan saya.

Shaum hari ke 19

Saat ini saya sedang duduk di depan mesjid agung Ujung berung. Waktu menunjukan pukul 8.40 menit. Sinar mata hari pagi langsung menyapa saya. Hangat rasanya. Sudah lama saya tidak melakukan hal ini. Entah kapan terahir bisa duduk-duduk di depan mesjid Ujung berung pada pagi hari. Hal ini saya lakukan karena ternyata waktu janjian saya dan teman di undur dari jam 8 ke jam 9. Padahal sebelum jam 8 saya sudah sampai di tempat janjian. Untuk mengisi waktu tadi saya ke bank BRI dulu untuk menukarkan uang receh buat lebaran. Ternyata BRI ujung Berung tidak menyediakan uang receh 2000 hanya menyediakan 5000. Ya ahirnya saya hanya menukarkan uang sebagian saja. Setelah dari bank ternyata masih ada waktu untuk sampai di jam 9 ahirnya duduk di depan mesjid sambil nulis dan online jadi pilihan. Masij raya Ujung berung terletak sebelah kanan pasar tradisional dan alun-alun kecil. Bangunannya tidak terlalu besar mungkin sekitar 50 m x 60 m. Warna cat dominannya kuning pucat meski ada sedikit

Shaum hari ke 17

Alhamdulillah sampai hari ke-17 ini kasih sayang-Nya masih melimpahi keluarga ini. Kemarin seorang teman mengkonsultasikan pernikahannya kepada saya di kantor. Saya tak menyangka ternyata teman laki-laki saya yang ceria dan baik itu sering menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dilakukan oleh istrinya. Saya belum mengkros cek kebenaran informasi ini.Hanya kalau mendengar cerita dan pengakuannya bisa jadi itu memang teralami olehnya. Perempuan dan anak memang rentan mendapatkan pelakuan kekerasan. Tapi tidak menutup kemungkinan laki-laki pun menjadi korban, seperti yang dialami teman saya. Sebagai seorang laki-laki, saya pikir apa yang kurang dari teman saya? penampilan cukup manis dengan tinggi badan yang ideal. Gaji dan penghasilan sebagai PNS di kantor pajak yang sudah 11 tahun bekerja saya pikir cukup untuk membiayai rumah tangga dengan 2 anak yang masih kecil. Rumah dan kendaraan pun sudah mereka miliki. Ternyata kondisi ini selalu dikeluhkan oleh istri teman saya. Kel

shaum hari ke 12

Perubahan hormonal menjelang haid membuat perasaan campur aduk. Kalau diperhatikan skema campur aduknya sebenarnya ada benang merah yang terlihat yaitu menjadi sensitif dan melankolis. Kupakai pengetahuanku tentang kesehatan reproduksi untuk memahami mau tubuhku. Tentu agar semuanya tidak menjadi batu sandungan dalam melakukan semua aktiiftas keseharian. Ya setidaknya saat perasaan campur aduk itu muncul aku sudah siap menggunakan pikiranku untuk menciptakan perasasaan tandingan yang menyenangkan. Dengan membayangkan hal yang menyenangkan yang akan kujalani ke depan berharap menjadi sugesti agar kelak hal menyenangkanlah itulah yang terjadi. Subuh ini setelah sahur saya tadinya hendak meresensi sebuah buku yang sudah selesai dibaca. Buku tersebut hadiah dari seorang sahabat. Saat mencari gambar buku tersebut di google ternyata pengarangnya sudah meninggal dunia. Saya terpaku dan tak memiliki kata untuk menulisakan apa pun. Rasa sedih mengingat saya adalah salah satu penggemar kar

shaum hari ke-7

Sebenarnya shaum hari ke-5 sudah saya ketik untuk entri baru, tapi koneksi modem terputus dan saya belum menyimpannya.Jadi hilang begitu saja. Saya lebih suka langsung menulis dari pada diketik dulu di laptop. Karena yang diketik di laptop itu merupakan pilot project catatan harian saya untuk kesehatan jiwa saya secara pribadi dan tidak layak dibaca di muka umum. Untuk shaum hari ke-6 saya tidak menulis apa-apa karena seharian berkeliling Bandung untuk menengok Bibi yang sedang diklat, mengantar anak-anak ke salon dan buka di Jatos. Sesekali buka di luar rumah saya pikir tidak mengapa, sekalian mengenalkan dunia kepada kedua putri saya. Agar kelak mereka tidak kuper dan memiliki filter dalam hidup yang semakin kompetitif ini. Alhamdulilah saya bersyukur bisa memberikan yang lebih baik lagi untuk keluarga. Uang dari kantor yang saya dapat di hari jum'at lalu begitu tak terduga. Semoga uang tersebut berkah dan menjadi investasi saya kelak di hari ahir. Makna berkah adalah saat uang i

Shaum hari ke-4

Shaum hari ke empat belum membuat saya berlari kencang. Masih tertatih menyambut hadirnya bulan mulia ini. Apa kira-kira indikasinya sehingga saya berpikiran seperti itu? Apakah karena tadarus yang belum sepanjang waktu? Atau amalan sunnah yang belum sepenuhnya menghiasi shaum ini?. Entahlah, namun di hari ke empat ini saya masih menyesuaikan diri dengan ritme Ramadhan. Mengkondisikan anak-anak untuk kuat shaum dan mencoba menyajikan menu sehat agar mereka kuat berpuasa. Juga bersilaturahmi dengan keluarga besar menjadikan saya belum sepenuhnya tenggelam dalam aktifitas ukhrawi. Hai...lagi-lagi kau masih memisahkan amal dunia dengan ahirat. Apakah saat menyajikan makanan sehat untuk keluarga bukan amal ahirat? Apakah saat menjalankan peran sebagai menantu yang shaleh bukan amal ahirat? apakah saat menjalankan fungsi sebagai ibu, istri dan anak bukan amal ahirat?. Mungkin karena amal yang sudah disebutkan di atas sudah biasa dilakukan pada bulan lain, sehingga terasa tidak istimew