Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Weekend Meraah!

Berbagai pilihan seperti biasa terhidang begitu saja ahir pekan ini. Mulai dari rapat kerja p2tp2a, paket kuliah Epistimologi, jalan-jalan dengan keluarga, kumpul bareng teman-teman RESIC atau istirahat di rumah mengingat saya baru saja pulang dari luar kota karena mengikuti sebuah kegiatan. Kalau menuruti hawa nafsu tentu pilihan terahir yang akan saya pilih untuk memulihkan tenaga yang sudah terkuras. Namun dari sekian banyak pilihan justru yang terahir inilah yang belum saya jalankan. Jum'at siang saya tiba dari Jakarta. Sampai di rumah disambut anakku yang kecil dengan senyum riangnya. Dia begitu bahagia karena saya menepati janji membawa piala dan oleh-oleh lainnya. Dia bertanya bisakah dia nanti juga mendapat piala seperti yang saya dapatkan? saya menjawab tentu bisa. Dia bisa meraih apapun yang dicita-citakannya bila terus membaca dan menulis. Kami berdua membayangkan berkeliling dunia saat ia dewasa nanti. Sejak kecil saya memang menanamkan impian-impian yang belum bisa s

Titik Awal

"Menjadi nominator dalam sebuah ajang penghargaan penulisan sudah membuat saya bahagia, apalagi bila mendapatkannya". Perkataan ini saya ucapkan saat ditelfon panitia Swara Sarasvati Award Koalisi Perempuan Indonesia 2012. Telfon ini membuat saya berbunga-bunga. Sebagai penulis amatir yang baru belajar hal ini merupakan hal yang istimewa. Tulisan saya yang dimuat di Radar Banten pada tanggal 21 April 2011  yang berjudul "Episode Terahir Kartini"  ternyata sesuai dengan tema yang diangkat Swara Sarasvati Award kali ini. Anugerah Swara Sarasvati merupakan penghargaan Koalisi Perempuan Indonesia terhadap jurnalisme dan media yang telah berperan dalam upaya untuk mengurangi angka kematian Ibu melahirkan sepanjang tahun 2011  melalui tulisan dan pemberitaan di media cetak dan online. Koalisi Perempuan Indonesia mengumpulkan naskah dalam rentang waktu Januari s/d November 2011 dan berhasil mengumpulkan sebanyak 2192 berita dari 94 sumber berita baik cetak maupun onlin

Terjepit...

Pernahkah mengalami suatu kondisi dimana kita benar-benar terjepit? Saya kemarin mengalami kondisi demikian. Kondisi yang membuat saya gelisah, tegang dan tidak menikmati momen dan suasana yang ada. Dalam hati saya berjanji tidak akan mengulanginya dan masuk dalam situasi tersebut. Kondisi ini berawal dari bersedianya saya menjadi pembahas yang mereview modul “Keluarga Sakinah Perpektif Kesetaraan” yang sudah disusun dan diujicobakan. Kenapa saya bersedia? Selain sebuah pembelajaran, saya juga tidak ingin melewatkan kesempatan baik yang diberikan. Tawaran ini sebuah amanah buat saya sekaligus tantangan. Modul dan surat saya dapatkan 10 hari sebelum kegiatan. Dalam surat yang dikirim, saya sama sekali tidak mendapat kejelasan mereview dari perspektif apa. Tidak ada pula kisi-kisi apa yang harus saya bahas. Saya tidak peka dan tidak memikirkan dulu amanah ini. Hal ini dikarenakan saya sedang memperbaiki proposal disertasi yang sudah saya tinggalkan 11 bulan. Selain juga berusaha me