Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2010

Dimanakah Kepercayaan?

Sore ini menjelang menjemput anak-anak pulang sekolah saya memasak nasi uduk. Kakap krispy sudah tersedia sejak tadi siang. Soto ayam panas melengkapi kami menutup hari senin. Malam ini saya hanya bersama anak-anak di rumah. Suami sudah dua hari berangkat ke Jogjakarta memandu mahasiswanya. Kenapa saya merasa tak karuan ditinggal beberapa hari ini? Apa karena keluar kotanya bersama mahasiswa? Tapi kan mereka dua bis jadi saya seharusnya tenang. Ya, saya percaya dengannya. Dia pun percaya saya sanggup memegang amanah menjadi istri dan ibu buat anak-anaknya. Kepercayaan telah mengikatkan kami setidaknya selama 9 tahun ini. Bagaimana sebenarnya kondisi kepercayaan dikalangan muslimin saat ini? Kepercayaaan menurut saya merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan apapun. Tapi anehnya pikiran saya ini terbantahkan begitu saja oleh sebuah survey yang dilakukan oleh Inglehart dan diteruskan oleh Syaiful Mujani. Inglehart (1999) menunjukan hal yang menarik berkaitan dengan keperca

Jerat Filsafat

Kembali ke laptop…tak hanya identik dengan si Tukul. Kata-kata itu juga menjadi rutinitas dalam keseharian hidup saya. Mulai dari bangun tidur, kuliah, ngajar, nonton bahkan menjelang tidur. Benda ini saat ini menjadi teman dekat yang tanpa kehadirannya membuat hari ini seolah tak berarti. Menulis sambil diiringi lagu Agnes monica berjudul Awan dan Ombak…indah banget…malem ini pengennya sih nulis tugas pak bambang. Mood saya lagi bagus nih. Anak-anak juga ada yang jagain. Mudah-mudahan malam ini bisa efektif. Loh…loh…diiringi lagu kok malah nyanyi bukan nulis, saya malah pengen dengerin setiap lagu sebenarnya bercerita tentang apa? Kok jadi melo…? Huh…kalo gini ceritanya sih musti di matiin tapi ntar aja deh…kalo anak-anak emang udah tidur beneran. Sebelum ngonsep dan baca beneran saya pengen merenungkan kejadian hari ini. Hari ini perisiwa yang sangat membahagiakan terjadi. Saya kembali bertemu dengan sahabat saya di pondok pesantren dulu. Ternyata kami sidang skripsi di bulan yang sa

Ibu Gurita

Masih belum beranjak dari kasur. Setelah sebelumnya berjibaku menyiapkan anak-anak untuk sekolah dan sarapan bersama. Setiap hari sekolah rutinitas inilah yang kujalani. Bangun paling pagi, langsung ke dapur, memeriksa air minum, makan buat hari ini, pakaian yang dipakai semua anggota keluarga, pergi ke warung sayuran, memasak, mencuci, memandikan, menyapu, beres-beres…wih andai tangan saya seperi gurita mungin banyak hal secara bersamaan bisa saya lakukan. Saat ini, saat semua rutinitas itu berlalu, saya terpaku pada layar monitor berfikir ulang apa yang telah saya lakukan? Apa yang telah saya rasakan ? untuk apa semua hal tersebut? Ibu rumah tangga yang kadang mengajar memang sudah jadi pilihan hidup saya. Bersyukurnya saya tidak seperti ibu saya seorang guru SD yang tiap hari pergi ke sekolah. Saya teringat bahwa rutinitas yang saya jalani selama ini mirip apa yang terjadi dahulu saat saya kecil. Ibu saya yang cekatan membereskan semua hal sendiri tanpa bantuan siapapun, termasuk