Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2011

Ya Rasulullah

Hujan deras mengguyur Bandung malam ini. Tapi tetap saja udara panas enggan keluar dari kota kami. Bandung terletak pada sebuah cekungan yang dikelilingi oleh gunung. Saya kurang mengerti penjelasan dari ahli tentang hal ini. Sebenarnya saya sudah membaca kenapa suhu di Bandung semakin panas cuma lupa. Kenapa lupa? karena banyak istilah yang tidak dipahami. Pokoknya kesimpulannya karena Bandung terletak pada sebuah lembah/cekungan, sehingga udara tidak bisa leluasa untuk keluar masuk. Udara panas terjebak di sini. Kenapa udara panas yang ada? karena suhu udara laut bagian mana gitu yang berhembus ke Bandung memang panas. Ya pokoknya gitu deh...kurang paham saya. Malam ini saya bertekad untuk menyelesaikan artikel saya yang akan saya kirimkan. Pokoknya pagi ini harus dikirimkan. Persoalan dimuat atau tidak bukan urusan saya. Pokoknya saya sudah berani mengirimkan ke media yang lumayan di Bandung ini. Sebenarnya saya sudah menemukan benang merahnya dan memetakan mind map yang saya te

Bersih-bersih dulu ah....

Kamar mandi kami yang berwarna putih sepertinya sudah kembali tersenyum. Sabtu ini saya sudah menggosok semuanya dengan kasih. Betul-betul saya pastikan tak ada noda yang hinggap di tubuh kedua kamar mandi tersebut. Setelah itu dengan penuh cinta pula saya mencuci baju semua anggota keluarga. Pakai mesin cuci sih, cuma untuk baju anak-anak saya tetap harus menyikatkan karena pada bagian tertentu mesin cuci tak mempan. Kain lap di rumah saya razia. Seprai dan sarung bantal juga jadi sasaran. Semua saya kumpulkan dan cuci dengan bersih. Saya hari ini beres-beres dengan penuh semangat. Saya sedang mensyukuri nikmat karena diberikan kesembuhan dari flu yang tiga hari kemarin menghampiri. Belum beres sebenarnya rumah kami. Beberapa hal harus ada yang dibenahi. Tapi tak apa, saya masih punya hari minggu untuk menyelesaikannya. Sekarang saya pengen online sambil nulis apa saja yang terjadi hari ini. Agak lelah sih...tapi dinikmati aja. Semoga jadi pahala. Makan mangga dulu ah.... Kemba

Kehormatan di Balik Kerudung

Kemarin badan saya meriang. Agak demam, bersin-bersin dan sedikit batuk. Mungkin karena seminggu ini saya kurang istirahat. Selain juga kemarinnya saya berenang sampai magrib tiba. Sampai di rumah saya kehujanan, ahirnya kamis pagi praktis tempat tidur jadi pilihan. Sebenarnya gak parah sih, saya hanya sengaja mengistirahatkan badan agar hari jum'at ini bisa lebih fresh untuk kembali beraktifitas. Ditengah istirahat, saya merengek pada suami agar menemani saya nonton sebuah filem produksi Mizan yang berjudul "Semesta Mendukung". Rayuan saya ampuh...meski dia tau saya tidak fit, tetap saja mau mengantar ke bioskop dekat rumah. Saya sebenarnya ingin menghabiskan waktu berdua dengannya dan mumpung kamis siang ini dia punya waktu luang. Ternyata filem yang saya maksud sudah tidak di putar, saya agak bete sebenarnya. Biar tidak kecewa ahirnya filem "Kehormatan dibalik Kerudung" produksi Starvision jadi pilihan. Ternyata filem yang saya maksud baru akan diputar

Ngehayal yuk...

Padang rumput hijau terhampar luas. Kilauan embun bertaburan disentuh sang mentari. Udara sejuk memenuhi rongga dada. Duduk pada sebuah kursi goyang rotan ditemani beberapa novel pavorit. Di samping kanan segelas susu dan beberapa potong buah tersedia. Tak berfikir tentang pekerjaan. Tak berfikir tentang keluarga. Tak berfikir tentang apa pun melainkan hanya ingin menikmati saat itu. Rambut panjang saya tergerai bebas dicumbu angin. Bunga biru kecil menghiasi gaun putih yang saya pakai. Gaun panjang sederhana dengan model rok yang lebar. Sendiri dan sunyi begitu menyenangkan hati. Lembar-demi lembar kisah novel mengajak imajinasi saya berkelana. Melompat dari satu situasi ke situasi yang lain. Merangkai tanya menjawab segala keingintahuan akan dunia. Ah...betapa menyenangkannya. Seekor kuda putih ditambatkan pada sebuah pohon tak jauh dari tempat saya duduk. Setelah membaca beberapa novel saya menghampirinya dan mengajak si putih untuk mengitari padang rumput. Di awali dengan be

Loe Percaya Gue Juga

Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam sebuah relasi apa pun. Apakah relasi yang sangat personal maupun relasi sosial. Pada saat seseorang/sekelompok orang mempercayai kita, hal ini merupakan sebuah tanggung jawab untuk bisa memegang amanah terkait kepercayaan yang diberikan. Saat amanah mampu dijalankan dengan baik, maka kepercayaan akan bertambah demikian sebaliknya. Seorang anak yang dididik dengan kepercayaan dari orang tuanya, akan tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri dan bertanggung jawab. Sebaliknya jika dari awal pertumbuhannya seorang anak selalu dikhawatirkan segala sesuatunya, maka itulah yang terjadi. Dalam proses mendapatkan kepercayaan, tentu setiap orang melakukan banyak kekeliruan dan kekurangan. Namun berkat kepercayaan yang positif terhadapnya, sedikit demi sedikit perbaikan akan terus dilakukan dan pada ahirnya akan memuaskan pihak yang sudah mempercayainya. Kenapa hari ini saya menuliskan tentang kepercayaan? ternyata dalam hidup yang saya jalani i

Padat Semoga Bermanfaat

Air mata menetes saat mendengar sudah tiga hari mereka mengemis makanan kepada pekerja bangunan. Apa lagi yang sebenarnya terjadi? tak punya hatikah perempuan-perempuan itu? Ajaran manakah yang mereka pahami sehingga hal itu boleh dilakukan? Pagi ini memulai hari dengan ritual biasa. Meleburkan diri mempersembahkan yang terbaik untuk seluruh keluarga. Menyediakan sarapan, mengingatkan semua keperluan sekolah dan menyediakan makan siang untuk mereka. Setelah itu bersemangat masuk kelas untuk menjelaskan ma'rifatullah. Sepanjang ngajar telfon dari kantor terus berdering menanyakan kesiapan acara untuk hari rabu. Sangat mengganggu konsentrasi mengajar, namun tetap kubiarkan karena memang harus diurusi. Mengajar dua kelas sampai pukul 11.15 kemudian menghadap pimpinan universitas tentang outbond ahir semester ini. Tiba-tiba ada sms masuk yang isinya begitu menusuk hati. Dampingan kami sedang kontrak 6 bulan dengan sebuah LPK dan akan berahir mengalami pengabaian sehingga makan

Blue Weekend

Weekend ini terasa begitu singkat. Baru saja merasakan damainya hari sabtu, tiba-tiba hari minggu sudah akan berahir. Sabtu pagi kemarin saya menghabiskan waktu dengan duduk di kursi untuk membaca dan online. Saya pikir sabtu siang saya bisa menghabiskan waktu sambil tidur bersama anak-anak. Ternyata saudara saya mendadak memanggil dan membuat saya mengeluarkan keringat sampai magrib tiba karena berjalan kaki. Sampai di rumah, saya begitu kelelahan sehingga segera beristirahat. Istirahat saya tidak karuan karena suami yang batuk-batuk dan berisik. Entah kenapa kalau dia sakit selalu berisik. Mungkin itu upayanya mencari perhatian. Karena saya biasanya memang memberikan perhatian lebih pada anak-anak kalau sedang sakit. Ya sudahlah meski lelah saya tidak bisa begitu saya mengabaikannya. Minggu dini hari saya sudah bergegas menyelesaikan beberapa pekerjaan. Sebenarnya ingin sekali tetap tinggal di balik selimut hangat bersama suami dan anak-anak. Saya pandangi wajah mereka satu persatu d

Debar Gak Karuan

Siang ini debar jantung belum berpacu seperti biasa. Sedikit kencang dengan suhu badan yang sepertinya agak meningkat. Penyebabnya belum saya ketahui dengan pasti. Apakah karena tadi nyetir sendiri dan memacu adrenalin karena belum terbiasa? Apa karena tadi pagi saya minum segelas kopi? Atau karena suhu Bandung yang memang belakangan ini meningkat dengan tajam? Entahlah namun yang pasti saya merasakan debaran yang agak meningkat saat ini. Hari ini saya berencana akan sampai magrib di kantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda. Membuat naskah akademik perjalanan ke Riau Kepulauan, teknikal meeting untuk sosialisasi Anti KDRT dan Traffiking bagi 200 mahasiwa se-Bandung raya, membuat TOR lengkap pelatihan Korban Trafiking awal November ini, TOR Pelatihan Penanganan Korban bagi pengurus P2TP2A Se-Jawa Barat. Untuk urusan anak-anak sudah saya persiapkan dan delegasikan. Pulang dari kantor suami siap menjemput saya jam 8 malam. Ah...semoga bisa memaksimalkan pekerjaan h

Lanjutan...

Pulang ngajar saya memikirkan kenapa belakangan ini saya jadi pelupa. Saya datangi toko kerudung dekat kampus untuk menanyakan barangkali ada kerudung yang jatuh malam kamis lalu. Baru saja mau bertanya si mbak malah mendahului bertanya "teh kerudungnya kemarin ketinggalan gak dibawa pulang". Ya ampun...ternyata tidak jatuh...saya tidak memasukannya ke tas. Saya bertanya kondisi saya malam itu kayak gimana? Jawab penjual katanya saya terburu-buru karena kondisi hujan lebat dan teringat anak dan mau pulang. Gubraak...segitunya ya? Saking penasarannya saya datangi warung penjual kopi dingin yang saya beli. Bertanya"teh tadi siang saya beli tali rafia banyak, kemudian beli kopi dingin juga, barangkali tertinggal, liat ngak? Jawab penjual "iya ada di lemari pendingin...tadi teteh ngeloyor aja pergi". Ya Allah...tubuh saya ada di situ waktu beli tapi pikiran saya udah di tempat lain karena waktunya mepet. Dua kejadian ini jadi pelajaran agar saya tuntas memakai piki

Ngisi Waktu Sela

Beli kerudung ketinggalan entah dimana. Kunci motor kemarin diamankan pak satpam karena tergeletak begitu saja di koridor kampus. Hari ini nescaffe moca dingin...gak tau ada dimana. Kenapa belakangan ini kembali penyakit lupa menghampiri? Untuk kerudung misalnya, saya membelinya sesaat sebelum sampai ke rumah. Setelah membayar langsung saya masukan ke tas. Ternyata saya mau mengambil jaket yang ada di dasar tas, kemungkinan kerudung itu terjatuh saat jaket diambil. Saat tiba di rumah, kerudung itu sudah tidak ada. Kunci motor dan sarung tangan saya pegang dengan baik, saya pisahkan dengan helm dan tas dan akan saya simpan husus agar tidak lupa...eh kenapa kok malah saya tinggal di koridor kampus? Demikian juga kopi dingin yang baru saja saya beli. Kopi tersebut saya masukan ke kantong plastik hitam bersama dengan tali rafia untuk simulasi kuliah. Tapi saat tiba di ruang kuliah kok gak ada juga? Duh...haus banget nih...ngileeer inget enaknya kopi dingin hik hik hik....mo nyari lagi jau

Ayu Ting-Ting

Pagi tadi saya baru mendengar lagunya Ayu ting-ting. Terus terang seminggu ini saya memang mendengar nama artis tersebut dibicarakan di fesbuk dan kompasiana dan beberapa web yang lain. Namun hati saya tidak tergerak sedikitpun untuk mencoba mencari tau siapa dia. Dalam hati saya berkata "engga penting banget deh tau siapa dia, tapi... kenapa ya kok orang-orang pada rame emang ada apa?" Saya memang hampir tidak pernah menonton TV. Pola ini sudah menjadi bagian dari diri saya. Suami dan anak-anak masih suka menonton terutama untuk acara berita, olah raga dan kartun. Informasi saya dapatkan setiap hari bersumber dari internet dan media cetak langganan. Sebelum tidur saya bertanya kepada suami siapa Ayu Ting-ting dan kenapa orang kok heboh sedemikian rupa. Dia tidak menjawab apa-apa hanya meminta saya untuk tidur karena saya bertanya bukan pada waktu yang tepat. Ya iyalah selesai belajar jam 12 malam saya membangunkannya cuma mau bertanya tentang Ayu Ting-ting...gak sopan banget

Halal Bihalal AIC 97

Empat belas tahun bukan masa yang singkat dalam perjalanan hidup manusia. Selama itu kami tak pernah sekalipun berjumpa. Perpisahan merupakan sunnatullah yang harus dijalani. Masing-masing menjalani takdirnya. Menempuh sebuah garis yang tak memiliki siaran ulang. Beberapa kali kegiatan sudah digelar untuk mempertemukan kami. Namun tak jua takdir bisa mewujudkannya. Selalu ada hal prioritas lain yang lebih utama, dari pada sekedar bertemu tanpa makna. Benarkah tak akan ada makna? untuk apa berbagai keutamaan silaturahmi mengemuka? Mungkin diri inilah yang belum peka. Silaturahmi di dunia maya terjalin dengan erat. Membangkitkan berbagai kenangan 14 tahun lalu. Sebuah episode bersama di sebuah Ma'had. Ma'had yang sampai kapan pun kami cintai dengan sepenuh hati. Ashiddiqiyah tercinta. Ma'had ini telah mematri kami untuk mencintai Ia tanpa syarat. Ma'had ini telah menggembleng kami menapaki hidup dengan berani. Hanya dengan bergantung pada-Nya sumber kekuatan utama. Mengal

Perjalanan

Pernahkan keliru mengambil arah di jalan tol Jakarta? Atau terlewat tidak segera berbelok disebuah jalan raya yang padat kendaraan? Bagi yang pernah melakukan hal ini, biasanya tahu bahwa saat kesalahan itu terjadi maka harus siap dengan konsekuensi yang kadang membingungkan. Konsekuensi berupa semakin menjauhnya anda dari fokus tujuan atau malah tersesat dan kebingungan ada dimana. Kondisi inilah yang kadang saya alami dengan keluarga. Saya meski pernah sekolah Menengah Atas di Jakarta, tetap saja tidak hafal persis bagaimana rute perjalanan. Dalam setiap perjalanan saya berperan sebagai navigator dan suami sebagai pengemudi yang menentukan ke mana kami semua menuju. Sebagai seorang navigator saya selalu memegang peta tol jakarta. Meski peta selalu berada di tangan, terkadang dalam beberapa kesempatan, kami keluar dari jalan yang seharusnya ditempuh. Hal ini terjadi bisa dikarenakan informasi yang saya kemukakan sebagai navigator telambat diutarakan, sehingga suami sebagai pengemudi t